Oleh: Edy Basri
Kapolres Sidrap, AKBP Dr. Fantry Taherong, mengakui sendiri hal itu dalam konferensi pers yang ia pimpin langsung, di kantornya, Rabu sore, 15 Oktober 2025.
“Pelaku memang sudah bersiap melarikan diri,” ujarnya tenang, tapi matanya tajam — seperti masih menyimpan sisa adrenalin dari perburuan yang belum lama usai.
Turut mendampingi Kapolres dalam konferensi pers itu, Kasat Reskrim AKP Setiawan Sunarto, Kasi Humas Kompol Supiadi Ummareng, Kapolsek Pitu Riase IPDA Zakaria Sandiman, dan Kasat Intelkam IPTU Andi Aswan. Empat perwira yang malam sebelumnya ikut berjibaku dalam perburuan pelaku di wilayah perbukitan Lombo.
Kasus ini bukan perkara mudah. Tidak seperti di film, di mana pelaku selalu meninggalkan jejak agar mudah diungkap.
Di sini, nyaris tak ada jejak sama sekali. Tak ada CCTV. Tak ada saksi mata yang benar-benar melihat jelas. Hanya suara samar malam itu. Lalu sepi panjang, seolah angin pun ikut diam.
Tapi polisi Sidrap rupanya tak mau berhenti pada kata “sulit.”
Dari titik yang samar, mereka mulai merajut arah. Dari satu petunjuk kecil ke petunjuk lainnya.
Hingga ditemukan — sebuah sepeda motor yang ditinggalkan pelaku. Lalu kompor (pompa) padi, dan sidik jari di lokasi kejadian. Barang-barang sederhana, tapi di tangan penyidik, semuanya bisa bicara.
“Kasus ini memang rumit,” ujar Kapolres.
Tapi justru di situ tantangannya. Dalam tempo singkat, tim gabungan Satreskrim dan Polsek Pitu Riase berhasil mengendus persembunyian pelaku.
Dan ternyata, ketika hendak disergap, pelaku tak menyerah begitu saja. Ia melawan.
Kapolsek Pitu Riase, IPDA Zakaria Sandiman, hampir saja terkena tebasan parang.
Pelaku bersembunyi di balik semak-semak, menunggu momentum. Tapi Zakaria lebih sigap. Sekali gerak cepat, pelaku bisa dilumpuhkan.
“Itu detik paling menegangkan,” ucap seorang anggota tim di lapangan.
Bersambung………
Tidak ada komentar