“Kami ingin membangun komunikasi dua arah. Karena keamanan tak cukup dijaga dengan patroli, tapi juga dengan rasa percaya,” tambahnya.
Giliran Kombes Pol Anang Triarsono berbicara. Nada suaranya hangat, khas seorang pembina masyarakat.
“Kami berterima kasih kepada komunitas ojek online yang selalu hadir menjaga kondusifitas. Karena sebenarnya, ketertiban itu bukan hasil dari pengawasan, tapi dari kepercayaan,” katanya.
Anang juga mengingatkan bahwa Polri tidak bisa berdiri sendiri.
“Keamanan bukan milik polisi, tapi milik kita semua. Kalau semua ikut menjaga, kota ini akan jadi tempat yang aman sekaligus produktif,” tambahnya.
Suasana semakin hidup ketika AKBP Amri Yudhi berbicara. Gaya bicaranya tegas namun penuh empati.
“Kalau melihat kejahatan di jalan, jangan diam. Laporkan. Kami akan tindak. Jangan tunggu viral dulu baru bertindak,” katanya.
Ia menekankan pentingnya kolaborasi masyarakat dalam membantu aparat menegakkan hukum.
“Teman-teman ojol bisa menjadi bagian dari sistem deteksi dini yang paling efektif. Karena kalian ada di mana-mana, setiap waktu,” ujarnya.
Ketika AKBP Erwin Syah memegang mikrofon, arah pembahasan beralih ke keselamatan lalu lintas. Ia berbicara seperti seorang pelatih yang sedang memotivasi timnya.
“Lalu lintas itu urat nadi kehidupan. Kalau terganggu, semua ikut terganggu. Kami ingin teman-teman ojol jadi pelopor keselamatan di jalan, bukan penonton pelanggaran,” katanya.
Ia menegaskan, Polri tidak bisa menegakkan disiplin tanpa kesadaran masyarakat.
“Kalau kalian patuh, pengendara lain akan ikut. Karena keteladanan itu menular,” ujarnya.
Dari sisi komunikasi publik, Kompol Dr. Saharuddin dari Bid Humas Polda Sulsel menekankan pentingnya melawan hoaks di era digital.
“Sekarang, satu video bisa merusak citra polisi dalam hitungan menit. Karena itu, mari kita sama-sama rawat informasi yang benar. Sampaikan kebaikan, jangan ikut menyebar yang salah,” pesannya.
Bersambung….
Tidak ada komentar