Minggu, 02 Nov 2025

Asyiknya Dinner Bareng IWO dan HIPMI Sidrap di Cempaka Putih

Katasulsel.com
1 Nov 2025 21:33
Nasional 0 76
3 menit membaca

Sore itu, telepon saya bergetar.
Nama di layar: Mansur Marzuki.
Suaranya tenang, tapi akrab.
“Dinner, ya. Malam ini. Saya tunggu,” katanya.

Oleh: Edy Basri

Begitu saja. Tanpa basa-basi.
Tapi saya tahu, ajakan itu bukan ajakan biasa.

Mansur — Ketua HIPMI Sidrap.
Pengusaha muda. Ramah. Santun. Dan yang paling penting, tidak pernah lupa Sidrap.

Rupanya, ia sudah tahu kami — rombongan Ikatan Wartawan Online (IWO) Sidrap — sedang di Jakarta.

Menghadiri Rakernas III IWO di Taman Ismail Marzuki, Cikini.
Ia pun mencari waktu. Ingin menjamu.

Tempatnya ia pilih sendiri.
Waroeng Sambal Bakar, Cempaka Putih.
Dekat dengan Mess Pemkab Sidrap, tempat kami menginap.

Tempat makan yang sederhana, tapi aromanya begitu berani. Sambal bakar, ikan goreng, dan asap dapur yang memanggil dari kejauhan.

Kami datang dua puluh empat orang.
Rame.

Seperti rombongan keluarga besar dari kampung.

Dan di depan pintu, sudah berdiri Mansur dan istrinya, Ny. Yuliana Nasarullah Mansur.

Menyambut dengan senyum. Hangat. Seolah kami tamu yang paling ditunggu hari itu.

Di meja panjang, semua sudah siap.
Ikan kakap goreng. Ayam goreng. Kangkung tumis. Sambal pedas yang wangi.

Nasi panas mengepul.
Lengkap.

Tak perlu pesan apa pun. Tak perlu menunggu.

Sebenarnya, malam itu Bupati Sidrap Syaharuddin Alrif juga dijadwalkan ikut makan malam.

Beliau memang sedang berada di Jakarta.
Sejak pagi sudah berpindah-pindah: pertemuan dengan Kementerian Pertanian, lalu acara penting di Bank Indonesia.

Padat sekali.
Rencana dinner akhirnya urung.
Agenda menumpuk. Waktu terlalu sempit.
Tapi, kata stafnya, Bupati sempat menitip salam.

Mansur tersenyum saat menyebut itu.
“Insya Allah lain waktu beliau sempat,” katanya ringan.
Dan suasana pun tetap hangat.

Kami makan.
Senyap sebentar. Hanya suara sendok dan garpu.

Lalu tawa pecah. Cerita mengalir.
Tentang Sidrap. Tentang Jakarta. Tentang rindu kampung.

Mansur hanya duduk tenang.
Sesekali tertawa. Sesekali menyodorkan piring.

“Tambah nasinya, Pak. Masih banyak.”
Ia bukan menjamu tamu. Ia seperti menjamu saudara.

Saya perhatikan istrinya sibuk di sudut meja.

Menyapa. Menyilakan.
Tidak ada jarak antara mereka dan kami.
Semua lebur jadi satu meja besar: wartawan, pengusaha, perantau, sahabat.

Di sela obrolan, Mansur bercerita pelan.
Tentang bisnis kulinernya di Jakarta: Dapur Indologo.

Tentang bagaimana ide-ide besar kadang lahir dari dapur kecil.
Tentang cita-citanya membawa nama Sidrap di ibukota.

Saya melihat semangat itu.
Tenang, tapi menyala.
Tidak banyak bicara. Tapi bekerja.

Malam makin larut.
Lampu-lampu Waroeng Sambal Bakar mulai redup.

Tapi kami masih di sana.
Masih tertawa. Masih bercerita.
Jakarta seakan melambat malam itu.

Sebelum pulang, Mansur menyalami kami satu per satu.

Dengan dua tangan. Hangat.
“Terima kasih sudah datang jauh-jauh. Tetap kompak, tetap semangat,” katanya.

Dalam perjalanan pulang ke mess, saya diam.
Mobil melaju pelan.
Perut kenyang. Tapi hati lebih penuh.

Bukan soal kakap atau ayam goreng.
Bukan soal sambal pedas atau kopi panas.

Tapi tentang rasa diterima.
Rasa disambut.

Dan saya jadi berpikir — mungkin, di kota sebesar ini, yang paling berharga bukan gedung tinggi atau lampu-lampu terang.
Tapi orang-orang yang masih mengenal kita.

Masih menunggu kita datang.
Dengan meja panjang.
Dan sambal yang pedasnya mengingatkan rumah. (*)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Media Portal Berita Berbadan Hukum

PT WEPRO DIGITAL INDONESIA
Kemenkum HAM RI
No. AHU-0190238.AH.01.11,

Nomor Induk Berusaha: 0809240015028,
Rekening Perusahaan No: 120-003-000013438-6 (Bank Sulselbar)

Jl. Ganggawa No. 149 Tellu Limpoe, Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan. Phone: +62 823 4898 1986

Email:
katasulsel@mail.com (Redaksi)
katasulsel@mail.com ( Marketing )
katasulsel@mail.com ( Kerjasama )