Sabtu, 08 Nov 2025

Sidrap Maju, Jejak Visioner Syaharuddin Alrif yang Terekam CNBC Indonesia dan TV One

Katasulsel.com
8 Nov 2025 12:01
6 menit membaca

Limbah jerami diolah menjadi bahan bakar biomassa, dan listrik hijau digunakan untuk cold storage hasil pertanian.

TV One menyebut Syaharuddin sebagai pemimpin yang “menjalankan birokrasi dengan algoritma perubahan.”

Julukan itu menemukan relevansinya. Program seperti Listrik Masuk Sawah, Brigade Pangan, hingga Hilirisasi Beras Premium bukan sekadar proyek pembangunan, tapi bagian dari circular agro-energy system — sistem di mana hasil pertanian menjadi input energi, dan energi menopang produksi pertanian kembali.

Bima Arya, yang hadir menyerahkan penghargaan TV One, menyebut Syaharuddin sebagai local innovator with national vision.

“Di masa sulit, pemimpin sejati bukan yang paling banyak bicara, tapi yang paling banyak bekerja dengan ide,” ujarnya.

Rektor Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang (UMS Rappang), Prof. Dr. Jamaluddin Ahmad, menyebut pencapaian ini sebagai wujud scientific governance — tata kelola berbasis ilmu pengetahuan.

“Pak Syaharuddin tidak memimpin dengan intuisi semata, tapi dengan instrumen ilmiah. Data menjadi bahan bakar kebijakan. Inilah praktik nyata evidence-based policy di level daerah,” ungkapnya.

Ia juga menilai keberhasilan Sidrap menandai berfungsinya Triple Helix Development Model — kolaborasi antara pemerintah, universitas, dan sektor swasta.

“Di Sidrap, triple helix ini bukan teori, tapi praktik. Pemerintah membuka ruang, kampus meneliti, masyarakat melaksanakan.”

Kini, pendekatan Sidrap bahkan menjadi bahan studi kasus di ruang kuliah. Mahasiswa kebijakan publik mempelajari bagaimana dashboard analitik pangan-energi bekerja menghubungkan data produksi, curah hujan, hingga harga pasar.

Dalam bahasa akademik, Sidrap tengah menerapkan adaptive policy cycle — kebijakan yang lentur terhadap perubahan, tapi tetap terukur secara ilmiah.

Meski begitu, Syaharuddin tetap menempatkan humanisme sebagai pusat dari pembangunan. Ia kerap turun ke sawah tanpa protokoler, berbincang dengan petani.

“Kalau mau tahu data yang benar, dengar dari orang yang kakinya berlumpur,” katanya suatu kali, sambil tersenyum.

Kata-kata sederhana, namun menjadi filosofi kuat: pembangunan sejati adalah pertemuan antara data dan nurani.

Kini, Sidrap sering dikunjungi delegasi dari berbagai daerah bahkan luar negeri untuk mempelajari sistem pangan-energi terintegrasi.

Laporan CNBC menyebut Sidrap sebagai “daerah dengan penerapan konsep multi-sector resilience paling lengkap di Indonesia Timur.”

Sedangkan TV One menulis, “Sidrap membuktikan bahwa inovasi bukan monopoli kota besar, tapi hak setiap daerah yang berani berpikir maju.”

Usai menerima penghargaan kedua di Studio The Convergence Indonesia, Syaharuddin berdiri hening di balik panggung, menatap jauh seolah membayangkan hamparan sawah di tanah kelahirannya.

“Kalau Sidrap bisa seperti ini, itu karena masyarakatnya punya mental baja. Mereka bekerja bukan karena disuruh, tapi karena yakin masa depan bisa diciptakan sendiri,” ucapnya lirih.

Ucapan itu menutup lingkaran makna: kemajuan tidak lahir dari infrastruktur semata, tetapi dari struktur pikir dan budaya kerja yang tumbuh dari bawah.

Di era desentralisasi, banyak daerah bicara inovasi, tapi hanya sedikit yang menjadikannya gerakan sosial. Sidrap adalah salah satunya.

Pemerintah daerah di bawah kepemimpinan Syaharuddin Alrif tidak hanya membangun fisik, tetapi juga ekosistem berpikir — kultur baru birokrasi yang berbasis sains dan partisipasi.

Kini, Sidrap menjadi laboratorium hidup bagi para peneliti kebijakan publik. Sebuah bukti bahwa good governance bukan sekadar jargon administratif, tetapi disiplin ilmiah yang berdenyut di lapangan.

Malam di Jakarta semakin larut. Namun dalam benak Syaharuddin, hanya ada satu bayangan: hamparan padi hijau bergoyang di bawah turbin angin Watang Pulu.

Di sanalah letak harmoni pembangunan Sidrap — antara tradisi dan teknologi, antara manusia dan data, antara realitas dan cita-cita.

Dua panggung nasional hanyalah simbol. Yang sebenarnya dirayakan adalah proses panjang sebuah kabupaten kecil di jantung Sulawesi yang berhasil menulis bab baru dalam sejarah pembangunan Indonesia.

Sidrap mengajarkan bahwa pembangunan adalah kombinasi antara keberanian berpikir dan kesabaran menanam.

Dan, Syaharuddin Alrif telah membuktikan: pemimpin visioner tak perlu berpidato keras — cukup melangkah pelan, tapi pasti, membawa seluruh rakyatnya menuju masa depan yang diciptakan bersama.(*)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Media Portal Berita Berbadan Hukum

PT WEPRO DIGITAL INDONESIA
Kemenkum HAM RI
No. AHU-0190238.AH.01.11,

Nomor Induk Berusaha: 0809240015028,
Rekening Perusahaan No: 120-003-000013438-6 (Bank Sulselbar)

Jl. Ganggawa No. 149 Tellu Limpoe, Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan. Phone: +62 823 4898 1986

Email:
katasulsel@mail.com (Redaksi)
katasulsel@mail.com ( Marketing )
katasulsel@mail.com ( Kerjasama )