Ada seorang ibu yang tengah duduk di depan rumah, merapikan pakaian yang baru dijemurnya. Ketika rombongan datang, ia berdiri dan menyeka keringat dari dahi.
“Bu, kami dari Polres Sidrap. Ini ada sedikit bantuan untuk Ibu dan keluarga,” kata salah seorang anggota.
Ibu itu tersenyum kecil, memeluk anaknya yang masih balita.
“Terima kasih… saya tidak tahu harus jawab apa. Tapi saya senang sekali,” katanya.
Ia tampak terkejut. Barangkali jarang ada aparat datang mengetuk pintu rumahnya.
Di sela kegiatan itu, Camat Maritengngae sempat berbicara kepada saya.
“Kalau saya boleh jujur, Pak Edy, kegiatan seperti ini seringkali lebih dirasakan daripada program-program besar yang butuh banyak anggaran. Karena menyentuh langsung. Dan warga Wala memang banyak yang hidup pas-pasan,” katanya.
Saya mengangguk. Wala bukan daerah termiskin di Sidrap, tetapi sangat jelas bahwa sebagian warganya membutuhkan sokongan moral dan material.
Perjalanan berlanjut. Kali ini menuju rumah seorang kakek—lebih tua dari semua warga yang sebelumnya kami temui. Ia tinggal sendiri.
Saya melihat Ambarita menghampiri, lalu meminta salah satu anggota untuk mengecek persediaan air di dapur rumah kakek itu. Ketika saya melirik ke dalam rumah, saya melihat tumpukan kayu kecil untuk memasak, dan sebuah tempat tidur bambu.
“Pak, kami bawakan bantuan. Semoga bermanfaat,” ujar Ambarita, menunduk kecil saat menyerahkan paket itu.
Kakek itu memegang tangan Ambarita lama sekali. Tidak bicara apa-apa. Hanya memegang tangan, seolah ingin berkata banyak tanpa kata.
Ada momen-momen tertentu dalam hidup yang membuat kita diam. Momen itu adalah salah satunya.
Sekitar pukul setengah sebelas, rombongan kembali berkumpul di halaman rumah warga yang sudah dijadikan titik akhir kegiatan. Wajah-wajah polisi terlihat berkeringat, tapi bahagia.
Raut Ambarita tenang. Ia sempat memberikan keterangan singkat kepada saya:
“Hari ini kami hanya ingin berbagi. Tidak ada hal besar. Tapi saya percaya, kebaikan kecil yang dilakukan bersama-sama bisa membawa dampak untuk banyak orang.”
Sekitar beberapa meter dari tempat kami berbicara, saya melihat seorang nenek tersenyum sambil duduk memeluk paket bantuan. Seperti sedang menenangkan hatinya sendiri.
Sebelum pulang, saya sempat menghubungi Kapolres Sidrap, AKBP Dr. Fantry Taherong, S.H., S.I.K., M.H.
Saya ingin tahu bagaimana ia memandang kegiatan anak buahnya. Dan jawabannya sungguh mencerminkan visi seorang pemimpin yang memahami kebutuhan daerahnya.
“Bagi saya, hal seperti ini sangat penting. Reserse selama ini dikenal dengan tugas berat: pengungkapan kasus, penyelidikan, penangkapan. Tapi hari ini, mereka menunjukkan wajah lain—wajah kemanusiaan. Saya bangga kepada mereka,” ujarnya.
Kapolres menambahkan,
“Masyarakat Sidrap harus merasakan kehadiran polisi dalam bentuk yang lebih dekat, lebih manusiawi. Itulah alasan kami terus mendorong kegiatan kemasyarakatan di tiap momentum, termasuk HUT Reserse.”
Pos Terkait
Trending Post
Tidak ada komentar