‘Konvoi Amal Ilmu’ UMS Rappang ke Palopo, Bongkar Fakta Disiplin Kampus yang Dikagumi PWM SulselPalopo, katasulsel.com — Perayaan Milad Muhammadiyah ke-113 tingkat Wilayah Sulawesi Selatan di Lapangan Pancasila, Kota Palopo, Sabtu 6 Desember 2025, menjadi panggung besar yang bukan hanya menyatukan ribuan jamaah persyarikatan dari berbagai daerah, tetapi juga menjadi ajang unjuk kedisiplinan dan loyalitas amal usaha Muhammadiyah di seluruh Sulawesi Selatan. Di antara lautan peserta yang larut dalam suasana syukur dan semangat kebangkitan gerakan dakwah berkemajuan, rombongan Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang (UMS Rappang) tampil sebagai salah satu magnet perhatian. Bukan sekadar hadir, mereka pulang membawa torehan prestasi yang mengharumkan nama kampus dan daerahnya.
Perjalanan mereka pun tak biasa. Rombongan UMS Rappang berangkat pada Jumat malam pukul 22.30 WITA—sebuah waktu yang bagi sebagian orang mungkin dianggap terlalu larut untuk mengawali perjalanan ratusan kilometer. Tetapi tidak bagi mereka. Momentum milad dianggap bukan sekadar agenda tahunan, melainkan ruang spiritual dan institusional yang wajib disambut dengan totalitas. Mengarungi gelapnya malam lintasan Sidrap menuju Palopo, rombongan bergerak dengan penuh persiapan. Bahkan, beberapa dosen menyebut perjalanan ini sebagai “Konvoi Amal Ilmu”—sebuah istilah yang menggambarkan perpaduan antara tugas akademik dan loyalitas kepada Persyarikatan Muhammadiyah.
Setibanya di Palopo pada sekitar pukul 04.30 WITA, rombongan langsung menuju Islamic Centre Palopo. Udara pagi yang masih menusuk tidak menghalangi mereka melaksanakan salat Subuh berjemaah. Suasana hening pusat keagamaan itu seolah meneguhkan alasan keberangkatan mereka: menghadiri milad bukan sekadar seremoni, tetapi komitmen spiritual. Usai salat, kegiatan dilanjutkan dengan sarapan bersama. Momentum tersebut menjadi jeda kecil yang menghangatkan kebersamaan sebelum mereka memasuki agenda inti di Lapangan Pancasila.
Yang menarik, pimpinan UMS Rappang hadir lengkap mulai dari Rektor, Wakil Rektor I hingga IV. Tidak banyak perguruan tinggi yang mengerahkan pucuk pimpinannya secara penuh dalam kegiatan eksternal semacam ini. Tetapi bagi UMS Rappang, ini bukan sekadar kehadiran simbolis. Ini deklarasi bahwa kampus mereka berdiri di barisan terdepan dalam menunjukkan loyalitas kepada struktur Muhammadiyah di atasnya. Mereka ingin menunjukkan bahwa UMS Rappang bukan hanya institusi pendidikan, tetapi bagian yang hidup dari ekosistem persyarikatan.
Momen puncak bagi UMS Rappang terjadi ketika nama kampus tersebut diumumkan sebagai salah satu penerima penghargaan dari Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan. Kategori yang diraih pun bukan sembarangan: perguruan tinggi terdisiplin dalam melaksanakan kewajiban Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) kepada persyarikatan. Penghargaan itu diserahkan langsung oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan, Prof. Dr. Ambo Asse, kepada Rektor UMS Rappang, Prof. Dr. H. Jamaluddin Ahmad, S.Sos., M.Si.
Mereka yang menyaksikan momen itu menyebut sorakan tepuk tangan begitu riuh. Ada yang berkomentar bahwa penghargaan tersebut memang layak diraih UMS Rappang karena selama ini kampus itu dikenal rutin, tepat waktu, dan transparan dalam menjalankan kewajiban administratif maupun kontribusi finansial kepada persyarikatan. Ada pula yang menyebut kedisiplinan UMS Rappang menjadi standar baru bagi perguruan tinggi Muhammadiyah lainnya di wilayah Sulawesi Selatan.
Wakil Rektor I UMS Rappang, Dr. Ir. H. M. Rais Rahmat Razak, M.Si, memberikan refleksinya atas penghargaan itu. Menurutnya, Milad ke-113 ini bukan hanya momentum peringatan kelahiran organisasi sejak tahun 1912, tetapi telah berkembang sebagai ajang apresiasi bagi amal usaha yang menunjukkan prestasi dan kepatuhan. UMS Rappang, katanya, bersyukur menjadi bagian dari struktur yang mendapat pengakuan langsung atas kedisiplinannya.
Dr. Rais Razak menegaskan bahwa penghargaan ini harus menjadi pengingat, bukan sekadar kebanggaan. Ia berharap penghargaan tidak membuat kampus terlena, tetapi semakin konsisten dalam menjalankan kewajiban internal kepada dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa. Ia menggambarkan bahwa kedisiplinan terhadap Persyarikatan harus juga tercermin dalam kedisiplinan melayani masyarakat kampus.
Dengan suara yang tegas tetapi penuh harapan, ia berkata bahwa UMS Rappang harus tetap berjalan menurut garis dan ketentuan Muhammadiyah. Bahwa kampus bukan hanya tempat menimba ilmu, tetapi juga ruang membentuk karakter—disiplin, jujur, profesional, dan berjiwa pengabdian.
Ia menambahkan bahwa pada Milad tahun ini, dirinya berharap Muhammadiyah semakin membumi. Program dan amal usahanya semakin bersinergi, saling menguatkan, dan menghadirkan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat luas. Harapan itu sejalan dengan tema besar gerakan Muhammadiyah yang sejak lama menempatkan diri sebagai organisasi pembaharu yang tetap berpijak pada nilai-nilai Islam berkemajuan.
Sementara itu, Wakil Rektor III UMS Rappang sekaligus Pengurus PDM Sidrap, Dr. Herman D., S.Pd., S.IP., M.Si, juga merasakan kebahagiaan yang sama. Baginya, Milad ke-113 ini adalah momen spesial karena PDM Sidrap sendiri berhasil menggondol sejumlah penghargaan bergengsi. Sorotan para peserta milad tertuju pada daerah mereka karena Sidrap benar-benar mendominasi daftar penerima penghargaan tahun ini.
Ia menyebut beberapa torehan penting: PDM Sidrap dinobatkan sebagai PDM terbaik se-Sulawesi Selatan. Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting (LPCR) unggulan diraih oleh Muhammadiyah Cabang Pangkajene. Tidak berhenti di situ, Masjid Bambu Runcing Muhammadiyah Rapang juga mendapatkan gelar Masjid Terbaik. Beberapa peserta milad menyebut tiga penghargaan itu sebagai “Hat-trick Sidrap”—prestasi yang sulit disamai oleh daerah lain dalam waktu singkat.
Tidak ada komentar