Jumat, 12 Des 2025

Jika Pilkada Enrekang Digelar Besok, Orang-orang Ini Jadi Penentu Kursi Kosong Satu

Katasulsel.com
11 Des 2025 10:41
9 menit membaca

Andai Pilkada Enrekang digelar besok pagi, mungkin yang paling gugup bukan calon atau tim sukses, tapi para pembuat baliho—kenapa?, karena tak seorang pun lagi sempat melihatnya..

Penulis: Edy Basri

Pagi itu, dalam bayangan saya, Enrekang masih berkabut. Udara pegunungan Latimojong turun perlahan ke jalan raya, merayapi rumah-rumah panggung yang masih menyalakan lampu. Jam di masjid baru saja menunjukkan pukul 04.55. Pedagang sayur sedang menurunkan ikatan sawi dari motor. Seorang petani kopi dari arah Kalosi sudah bersiap dengan karung kecilnya. Ia berniat menjual 8 kilo kopi hari itu. Bukan untuk belanja beras — tapi untuk menambah kuota internet anaknya.

Begitulah Enrekang hari ini.
Kopi Kalosi untuk kuota, kuota untuk dunia, dan dunia untuk masa depan.

Di rumah lain, ada calon bupati yang terbangun tiba-tiba. Ia tidak mimpi buruk. Ia hanya baru sadar: kalau benar Pilkada digelar besok pagi, maka seluruh strategi kampanyenya yang penuh spanduk, baliho, dan acara-acara formal mendadak tak relevan. Yang ia butuhkan bukan orator panggung, bukan pemilik mobil pick-up, bukan ketua kelompok tani.

Banner Promosi WiFi

Yang ia butuhkan justru…
admin TikTok.

Sebab satu fakta sedang berdiri seperti raksasa: Gen Z kini pemilih terbesar Enrekang. Sebesar 54.440 orang. Jumlah yang naik terus. Tiap triwulan bertambah. Tidak berhenti.

Dan jika angka sebesar itu memilih di bilik suara besok pagi, maka peta politik akan berubah seperti pasar yang tiba-tiba pindah lokasi.

Saya pernah mendengar seorang akademisi di Makassar berkata: “Demografi adalah mesin waktu. Tidak bisa dihentikan.”
Saya kira Enrekang sedang mengalaminya.

Kalau pertumbuhan pemilih Gen Z itu berupa gunung, maka ia adalah gunung muda—masih bergerak. Masih berubah bentuk. Dan setiap perubahan itu menggoyang fondasi politik.

Di Enrekang, perubahan itu terasa sampai ke kebun kopi. Sampai ke warkop kecil yang menayangkan sepak bola. Sampai ke lorong-lorong pasar yang biasanya membahas harga tomat, kini sesekali membahas viralnya “desa digital” di daerah lain.

Saya mengingat seorang pemuda yang saya temui tahun lalu. Ia berasal dari Maiwa, kuliah di Parepare, pulang ke Enrekang setiap dua minggu. Ia bilang, “Kami bukan tidak peduli politik. Kami hanya tidak suka modelnya.”
Model?
“Model kampanyenya,” katanya.
“Terlalu jadul. Terlalu seremonial. Terlalu banyak basa-basi.”

Ia bicara sambil memegang HP, membaca data APBD yang ia unduh sendiri.

Saat itu saya terdiam beberapa detik. Dalam hati saya berkata:
Di masa depan, pemimpin daerah mungkin akan lebih takut pada anak SMA daripada pada ormas.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Media Portal Berita Berbadan Hukum

PT WEPRO DIGITAL INDONESIA
Kemenkum HAM RI
No. AHU-0190238.AH.01.11,

Nomor Induk Berusaha: 0809240015028,
Rekening Perusahaan No: 120-003-000013438-6 (Bank Sulselbar)

Jl. Ganggawa No. 149 Tellu Limpoe, Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan. Phone: +62 823 4898 1986

Email:
katasulsel@mail.com (Redaksi)
katasulsel@mail.com ( Marketing )
katasulsel@mail.com ( Kerjasama )