Kapolres Sidrap AKBP Dr Fantry Taherong SH SIK MH Fantry turun dari mobil. Ia tidak menunggu karpet merah. Tidak ada sambutan resmi. Yang menyambutnya adalah lumpur setinggi mata kaki dan wajah-wajah warga yang kelelahan.
Ia menyalami satu per satu.
“Bagaimana kondisi di sini?” tanyanya kepada seorang bapak paruh baya yang bajunya masih basah lumpur.
“Sudah dua hari tidak bisa lewat, Pak,” jawabnya lirih.
Fantry mengangguk. Tidak banyak komentar. Ia memilih berjalan.
Bencana longsor di Pitu Riase bukan kejadian tunggal. Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang mengguyur wilayah ini sejak beberapa hari terakhir memicu pergerakan tanah di banyak titik. Akses jalan antar dusun tertutup. Mobilitas warga terhenti. Aktivitas ekonomi lumpuh seketika.
Di Dusun Galung, jalan utama desa tertimbun tanah longsor setinggi hampir satu meter. Tidak ada alat berat. Yang ada hanya cangkul, sekop, dan tenaga seadanya.
Fantry melihat itu semua. Lalu ia melakukan sesuatu yang jarang dilakukan pejabat.
Ia mengambil cangkul.
Tidak untuk difoto. Tidak untuk konten. Ia benar-benar mencangkul. Bersama personel Polres Sidrap, aparat desa, dan warga setempat, ia ikut membuka akses jalan yang tertutup longsor.
“Kita mulai dari sini dulu,” katanya sambil menunjuk titik yang paling memungkinkan dibuka.
Keringat mengalir. Sepatu dinasnya kotor. Tangannya memerah. Tapi ia terus bekerja.
Di sela-sela gotong royong, ia berhenti sejenak, berbincang dengan warga. Mendengar cerita tentang anak-anak yang tidak bisa ke sekolah. Tentang hasil panen yang terancam busuk karena tak bisa dibawa keluar desa. Tentang ibu hamil yang khawatir jika harus melahirkan dalam kondisi akses terputus.
Fantry mendengarkan. Tidak memotong. Tidak menggurui.
“Yang penting sekarang akses dulu terbuka. Setelah itu kita pikirkan yang lain,” ujarnya.
Kalimat itu terdengar sederhana. Tapi di tempat seperti ini, kalimat itu punya makna besar.
Kehadiran Kapolres Sidrap di lokasi bencana bukan sekadar kunjungan kerja. Ini kehadiran negara dalam bentuk paling konkret: tangan yang kotor, sepatu yang berlumpur, dan telinga yang mau mendengar.
“Insyaallah bersama pemerintah daerah, fasilitas jalan ini akan kita perbaiki. Yang penting sekarang warga bisa beraktivitas kembali,” kata Fantry kepada warga.
Tidak ada komentar