Konsolidasi Sunyi, Peta Baru Kekuatan Golkar Sulsel di Tangan Munafri

Makassar, Katasulsel.com — Di tengah ketidakpastian arah arus politik Partai Golkar Sulawesi Selatan jelang Musyawarah Daerah (Musda) DPD I, muncul satu nama yang diam-diam menyusun langkah—tenang, tapi dalam. Sosok itu adalah Munafri Arifuddin, Wali Kota Makassar yang kini tengah menjadi pusat gravitasi baru di lingkar elite Beringin Sulsel.

Munafri, yang dalam beberapa tahun terakhir dikenal lewat manuver bersih dan kerja elektoral yang terukur, menampilkan pendekatan politik yang tak banyak gembar-gembor. Ia menghindari euforia deklaratif dan lebih memilih jalur konsolidatif yang senyap namun sistematis. Pendekatan ini tak hanya mencerminkan kecermatan strategi, tetapi juga etika politik yang matang—sebuah kualitas yang jarang dimiliki dalam peta kompetisi internal partai besar.

Satu hal yang menarik adalah pendekatan komunikasi Appi terhadap para pemilik suara di DPD II. Ia tidak menjadikan mereka sekadar pendukung, melainkan mitra dialog. Pertemuan informal di Novotel Makassar (29/6) yang menghadirkan sederet ketua DPD II dari kabupaten/kota bukan sekadar agenda silaturahmi, melainkan unjuk kekuatan politik dalam bentuk paling elegan.

Hadirnya tokoh-tokoh sentral seperti Andi Kaswadi Razak, Ambas Syam, Liestiaty Fachrudi, hingga Victor Datuan Batara menunjukkan bahwa Appi bukan sedang membangun jaringan dukungan biasa. Ia tengah membentuk blok kekuasaan internal yang legitimate—berdasarkan kinerja, kepercayaan, dan narasi kolektif akan pembaruan.

Golkar Sulsel selama ini kerap terjebak dalam poros-poros lama yang cenderung statis dan pragmatis. Masuknya Appi sebagai calon alternatif membawa angin segar: ia mewakili generasi baru Golkar, namun dengan tetap menghormati kultur organisasi yang hirarkis dan berbasis loyalitas struktural.

Yang lebih penting, Appi bukan sekadar menjanjikan semangat muda. Ia hadir dengan rekam jejak nyata: berhasil mengantarkan Golkar Makassar menjadi peraih suara tertinggi dalam Pileg 2024, menambah jumlah kursi legislatif, serta menjaga soliditas pengurus partai di tingkat kota.

Dinamika ini tentu tak bisa dibaca secara sempit sebagai ambisi personal. Dalam politik internal partai besar seperti Golkar, setiap pergerakan adalah refleksi dari arah kebijakan yang lebih luas. Maka, majunya Munafri bukan hanya soal siapa yang akan duduk di kursi ketua, tetapi juga siapa yang bisa mengarahkan ulang haluan politik Golkar Sulsel menuju panggung 2029.

Kini bola berada di tangan DPP. Apakah mereka akan membuka ruang regenerasi dengan mendengar suara mayoritas DPD II? Atau tetap bermain dalam poros lama yang sarat kompromi internal?

banner 300x600

Jika restu itu tiba, maka bukan hanya Munafri yang maju. Sebuah generasi baru kader Golkar Sulsel pun akan ikut lahir—lebih strategis, lebih terdidik, dan lebih siap bersaing di arena demokrasi nasional.(*)

Ulasan khusus: katasulsel.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup