Laporan: Edy Basri
Ya, dua-duanya masih muda. Bupati dan Sekdanya. Tapi, keduanya bukan kaleng-kaleng.
Kalau mereka duduk berdampingan di kursi VIP, orang bisa mengira: “Ini pasti teman kuliah yang kebetulan sama-sama sukses.” Padahal tidak. Mereka beda dua grit.
Barangkali, inilah duet paling muda yang pernah memegang kendali pemerintahan Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap).
Mungkin pula, salah satu duet termuda se-Sulawesi Selatan per-hari ini.
Yang satu: Syaharuddin Alrif (Bupati) Politisi. Enerjik. Vokal.
Pernah jadi Wakil Ketua DPRD Sulsel. Bahkan, nyaris jadi ketua. Tapi memilih jalan lain: ikut Pilkada, dan menang.
Ia bukan politisi yang suka mutar-mutar kata. Gaya komunikasinya langsung ke titik. Kadang blak-blakan, tapi tidak sembrono.
Yang satu lagi: Andi Rahmat Saleh (Sekda). Birokrat murni.
Tidak banyak bicara. Tapi tahu kapan harus bicara. Tahu apa yang harus dikatakan.
Lahir 16 November 1978 di Rappang. Dikenal teliti, sabar, dan tegas di balik meja. Tapi kalem saat melangkah keluar ruang rapat.
Mereka berdua bertemu di titik paling krusial pemerintahan:
Yang satu menentukan arah, yang satu mengelola mesin.
Andi Rahmat tidak datang dengan karpet merah. Ia menapaki tangga karier dari anak tangga terbawah:
Kepala Seksi Kesra Kelurahan Wala, 2006.
Dua dekade kemudian, ia menjejak posisi paling strategis di birokrasi: Sekretaris Daerah (Sekda) definitif
Ia melewati semua itu dengan jam terbang, bukan dengan jalur pintas.
Pernah jadi Kabid Aset, memimpin Badan Keuangan Daerah, dipercaya sebagai Staf Ahli Bupati, lalu menakhodai Badan Pendapatan Daerah. Saat jabatan Sekda lowong, ia diangkat jadi Plh. Lalu definitif.
Ia tahu di mana birokrasi sering tersandung, dan tahu bagaimana membuatnya melangkah lebih lincah.
Orangnya pendiam. Tapi nilainya tidak.
Tahun 2017, Sidrap diganjar Opini WTP terbaik se-Sulsel.
Tahun 2021, jadi pengelola DAK Fisik terbaik di antara kabupaten/kota lain.
Ia juga tidak berhenti belajar.
Gelar Magister Administrasi Publik ia dapatkan dari STIA LAN Makassar, 2007.
Kini sedang menempuh doktoral di Universitas Hasanuddin, tetap di bidang pembangunan daerah—dengan pendekatan yang makin akademik.
Ia bukan seleb media sosial. Tapi bintangnya menyala di laporan keuangan.
Kini, Sidrap seperti sedang menyetel mesin baru.
Dengan tangan-tangan muda yang tidak alergi kritik, dan tidak takut data.
Kehadiran Syaharuddin Alrif dan Andi Rahmat adalah bukti bahwa regenerasi bukan jargon pemanis laporan tahunan. Tapi nyata sedang terjadi.
Sidrap tidak sedang menunggu mukjizat.
Ia sedang bergerak. Pelan, tapi pasti. Sunyi, tapi tidak diam.
Dan kalau duet muda ini kompak—bisa jadi, Sidrap tak hanya muda rasa, tapi juga maju rupa.
Selamat Pak Sekda. Selamat Pak Andi Rahmat...
Yang muda belum tentu sedang belajar.
Kadang justru mereka yang lebih siap, dari yang sudah terlalu lama duduk di dalam. (*)
Tidak ada komentar