Babinsa Mendampingi, Petani Sidrap Menanam, Wakil Rakyat Meyakinkan

Ide itu datang dari Bupati Sidrap, H. Syaharuddin Alrif. Programnya sederhana: IP300 namanya.

Penulis: Tipue Sultan

Tahukah kita? IP itu indeks pertanaman. Artinya, kalau selama ini petani Sidrap hanya panen dua kali setahun, sekarang ditarget tiga kali.

Tiga kali panen. Tiga kali kerja keras. Tiga kali harapan.

Baca Juga

Biaya Tak Terduga, BPK: Kalian Tahu Itu Salah, tapi Tetap Melakukannya

23 Jul 2025

Itulah cara Bupati Syaharuddin menggenjot produksi. Padi. Gabah. Sampai beras. Agar Sidrap tidak hanya sekadar lumbung, tapi juga jadi simbol ketahanan pangan Sulawesi Selatan.

Tapi ide tidak akan tumbuh kalau hanya disampaikan di podium. Ia harus ditanam. Harus dicelupkan ke lumpur. Harus disentuh dengan tangan.

Maka datanglah Ridwan. Seorang Babinsa. Peltu Muhammad Ridwan T. Kelurahan Lancirang.

Baca Juga

Jejak Api di Enrekang, Ketika Tim Labfor Menyelidik Puing dan Asap

14 Agu 2025

Pagi itu, Rabu, 10 September 2025. Ia tidak berbaris di lapangan. Ia berbaris dengan petani. Menancapkan bibit satu per satu. Di sawah seluas satu hektare.

Lumpur sampai ke lututnya. Tapi senyumnya ringan. Ia menatap petani sambil berkata: bisa. Kita bisa.

Optimisme itu bukan ucapan panjang. Hanya gerakan kecil. Tapi terasa. Petani percaya diri. Mereka merasa ditemani.

Lalu datang Maradona. Anggota DPRD Sidrap dari Nasdem. Namanya mengingatkan pada lapangan hijau. Tapi kali ini lapangan yang ia pijak adalah sawah.

Ia berdiri di tepi pematang. Melihat Babinsa berlumur lumpur. Ia lalu berkata lantang: kalau tentara saja mau menanam, masa kita masih ragu?

Sontak tawa petani pecah. Sekaligus semangat mereka bertambah. Karena hari itu sawah Lancirang tidak hanya dihuni petani. Ada tentara. Ada politisi. Ada penyuluh. Ada Gapoktan. Ada Brigade Lancirang.

Semua turun. Semua percaya.

Memang, IP300 bukan tanpa risiko. Air bisa kurang. Hama bisa menyerang. Cuaca bisa membelot. Tapi optimisme tidak bisa dihitung dengan risiko. Optimisme hanya bisa dilihat dari wajah-wajah yang percaya.

Bupati sudah mencetuskan. Babinsa sudah menanam. Wakil rakyat sudah mendukung. Petani sudah semangat.

Hari itu, sawah Lancirang menjadi saksi. Bahwa gagasan bisa tumbuh. Bahwa ide bisa berakar. Bahwa janji bisa ditanam.

Bukan dengan pidato. Tapi dengan sebiji padi.(*)