Oleh: Edy Basri
Dr. dr. H. Syamsa Latief, M.Kes, Sp.KKLP, sudah tiada. Tapi jejaknya masih terasa.
Bahkan, ketika kabar kepergiannya datang siang tadi (Senin, 22/9), yang terbayang justru bukan wajah sendunya.
Melainkan senyumnya. Juga humornya yang kadang sederhana, kadang jenaka, tapi selalu membuat orang di sekitarnya merasa lebih ringan.
Saya sering masuk ke ruangannya dulu. Waktu ia masih aktif sebagai Kepala Dinas Kesehatan Sidrap.
Tidak selalu ada urusan dinas. Kadang hanya untuk sekadar berbagi cerita. Kadang hanya untuk mendengar dia berkelakar.
Di balik meja kerjanya, ia tidak pernah membuat suasana terasa formal. Ruang kerja itu lebih seperti ruang diskusi kecil.
“Bagaimana kabar adik-adik HMI?” begitu ia sering membuka percakapan.
Ya, HMI adalah cintanya. Sejak masih muda hingga ia menua, perhatian itu tidak pernah pudar. Ia tidak pernah benar-benar jauh dari organisasi itu.
Meski statusnya sudah alumni, di KAHMI ia tetap aktif. Beliau pernah memimpin KAHMI Sidrap.
Ia bukan hanya hadir di forum-forum resmi, tetapi juga hadir di hati para kader.
Ia sering membantu adik-adiknya. Bukan hanya pikiran, tapi juga finansial.
Kadang ia yang mengulurkan tangan ketika ada kegiatan yang butuh dukungan. Kadang ia yang menyelamatkan keadaan ketika kas organisasi sedang kering.
Semua ia lakukan itu tanpa pernah berharap disebut. Tanpa perlu namanya dipajang di spanduk.
Saya masih ingat, ia suka mengatakan:
“Kader HMI harus hidup. Jangan hanya bicara idealisme, tapi tidak bisa bayar kos. Jangan hanya membaca buku, tapi lupa bagaimana caranya makan.”
Bagi saya, itu candaan, tapi serius.
Dan tentang buku—almarhum memang rajin menulis. Baginya, menulis bukan sekadar hobi, melainkan panggilan.
Bersambung………….
Tidak ada komentar