
Sidrap, Katasulsel.com — Namanya Mansur.
Guru. Tenang. Tidak banyak bicara. Tapi kalau sudah urusan teknologi, matanya berbinar.
Sejak 20 Oktober 2025, ia resmi menakhodai UPT SMP Negeri 2 Pangsid. Sekolah besar di Sidrap. Sekolah dengan tradisi panjang. Sekolah yang dulu ia bantu dari posisi wakil kepala urusan kurikulum.
Kini ia jadi nakhoda. Tapi tidak dengan gaya seorang pejabat baru. Tidak langsung rapat. Tidak juga ganti slogan.
Ia justru memulai dari dua kata sederhana: Komunikasi dan Kolaborasi.
“Kalau sekolah ingin hidup, yang pertama harus menyala adalah komunikasi,” katanya pelan.
Kalimatnya singkat. Tapi dalam.
Ia percaya, pendidikan tidak cukup dari ruang kelas. Tidak cukup dari RPP dan angka di rapor. Pendidikan yang hidup lahir dari hubungan. Dari sinergi. Dari saling percaya.
Maka lahirlah program andalan-nya.
Bukan proyek. Tapi budaya.
Ia menamainya Komunikasi dan Kolaborasi.
Program itu sederhana. Tapi dampaknya panjang.
Guru bicara dengan siswa. Siswa bicara dengan guru.
Orang tua pun ikut bicara. Semua didengar. Semua punya tempat.
“Setiap suara bernilai,” katanya.
Dan sekolah itu mulai ramai dengan dialog.
Bukan rapat formal, tapi percakapan yang jujur.
Guru tidak lagi sendiri di ruangnya. Mereka berkolaborasi.
Bertukar ide. Menyusun pembelajaran lintas mata pelajaran.
Satu guru matematika berdiskusi dengan guru IPS.
Yang IPA kerja sama dengan bahasa Inggris.
Anak-anak ikut terlibat.
Mereka belajar berpikir. Bekerja sama. Menyelesaikan masalah.
Begitulah, pelan-pelan sekolah ini berubah.
Hangat. Hidup. Tidak kaku.
Mansur tidak menafikan jasa pendahulunya.
“Pak Mahluddin sudah menyiapkan pondasi kuat,” katanya.
Kini Pak Mahluddin dipercaya jadi Plt Kepala Dinas Kominfo Sidrap.
“Yang saya lakukan hanya melanjutkan dan menumbuhkan.”
Tapi publik tahu, Mansur bukan sekadar melanjutkan.
Ia menambah ruh baru.
Ruh yang membuat sekolah terasa seperti komunitas.
Komunitas pembelajar.
Ia ingin SMPN 2 Pangsid tidak hanya cerdas di angka.
Tapi juga cerdas dalam hubungan.
Kuat dalam kerja sama.
Bijak dalam perbedaan.
Itulah arah barunya.
Pelan tapi pasti.
Ia tidak bicara besar.
Tapi setiap langkahnya terasa.
Di tangannya, sekolah ini tidak sedang mencari prestasi sesaat.
Ia sedang membangun budaya.
Budaya yang tidak mudah hilang.
Karena baginya, pendidikan terbaik lahir dari komunikasi yang jujur dan kolaborasi yang tulus.
Dan itulah yang kini tumbuh di SMP Negeri 2 Pangsid. (*)
Tidak ada komentar