Anak Balikpapan Lulus dari ITKES Muhammadiyah Sidrap: Cerita Rindu, Perjuangan, dan Cita-Cita BesarOleh: Darwis Lenggang
Sabtu, 22 November 2025. Ballroom Hotel Dalton Makassar dipadati toga hitam dan wajah-wajah penuh harapan. Di antara ratusan wisudawan ITKES Muhammadiyah Sidrap, ada satu nama yang pagi itu menggenggam kebahagiaan dengan cara paling tenang: Putri Widiyah Sari, lahir di Samboja, 08 Oktober 2003.
Putri tidak datang dari keluarga yang selalu dekat secara jarak. Ia tumbuh di Balikpapan. Lalu tahun 2020 harus pindah ke Tanrutedong untuk menyelesaikan SMA. Setahun kemudian, ia memilih melanjutkan kuliah di Pangkajene, mengambil S1 Kebidanan. Jauh dari rumah, jauh dari orang tuanya—Ririk dan Naba—yang menetap di Balikpapan.
Perjalanan itu bukan perjalanan yang mulus. Tidak semua mahasiswa punya cerita tentang rumah yang dekat, orang tua yang bisa dikunjungi kapan saja, atau tempat pulang yang mudah diakses hanya dengan satu perjalanan. Putri harus menempuh semua itu sendiri: kelas pagi, laporan praktik, tugas, piket, rindu, dan rasa ingin pulang yang sering datang tiba-tiba.
Tetapi hari ini, semua itu terasa lunak. Bukan hilang, tapi berubah menjadi sesuatu yang layak dikenang.
Ketika namanya dipanggil—“Putri Widiyah Sari, S.Keb”—ia melangkah ke depan dengan wajah yang tenang, seperti seseorang yang sudah berlatih menghadapi hidup lebih lama dari usianya.
Di panggung itu berdiri Rektor ITKES Muhammadiyah Sidrap,
Dr. Muhammad Tahir, SKM., M.Kes.
Yang menyerahkan map kelulusannya bukan hanya pimpinan kampus, melainkan seseorang yang memvalidasi bahwa empat tahun perjuangannya tidak sia-sia.
Di belakang, duduk orang-orang yang paling ia ingin buat bangga: Ayahnya Ririk. Ibunya Naba. Dua saudaranya, Bahril dan Yusriadi. Mereka datang jauh-jauh ke Makassar. Tidak ada tepuk tangan berlebihan. Tidak ada sorakan. Hanya tatapan bangga yang sulit disembunyikan.
Bagi Putri, itu lebih dari cukup.
Usai prosesi, mereka berkumpul untuk berfoto. Putri berdiri di tengah, memegang map gelar barunya. Wajahnya tidak menunjukkan euforia berlebihan. Yang terlihat justru sebuah ketenangan—ketenangan seseorang yang sudah belajar banyak tentang hidup.
Selepas wisuda ini, Putri tidak ingin berhenti. Ia berencana melanjutkan pendidikan profesi. Ia ingin menjadi bidan profesional—bukan hanya karena gelar itu penting, tetapi karena ia ingin benar-benar memberi manfaat.
Ia tahu jalannya masih panjang. Namun perjalanan panjang bukan hal baru baginya.
Putri sudah memulai langkah-langkah jauh sejak meninggalkan Balikpapan.
Ia sudah belajar bertahan sejak memutuskan merantau.
Ia sudah membuktikan banyak hal tanpa harus mengatakan apa-apa.
Dan hari ini, di Hotel Dalton Makassar, ia hanya menambahkan satu kalimat baru dalam perjalanannya:
“Saya sudah sampai sejauh ini. Dan saya siap melangkah lebih jauh lagi.”
Tidak ada komentar