Penulis: redaksikatasulsel

  • Catwalk-nya Halus dan Smart—Alumni UMS Nadia Azzahra Curi Spotlight di Ana’dara Malebbi Sidrap 2025

    Catwalk-nya Halus dan Smart—Alumni UMS Nadia Azzahra Curi Spotlight di Ana’dara Malebbi Sidrap 2025

    Sidrap, Katasulsel.com — Panggung gemerlap. Sorotan tajam. Aura elegan terpancar. Nadia Azzahra, S.I.P., tampil memukau.

    Bukan sekadar cantik, tapi juga brainy. Lulusan Program Studi Ilmu Pemerintahan, Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang (UMS), angkatan 2024. Kini, resmi menyandang gelar prestisius: Duta Ana’dara Malebbi 2025.

    Ajang Pemilihan Ana’dara Malebbi – Kallolo Magaretta’ (AMKM) Sidrap 2025 bukan panggung biasa. Ini karpet merah, tempat parade pesona. Setiap langkah finalis dinilai, mulai dari catwalk behavior, public speaking, hingga pengetahuan lokal.

    Minggu malam, 20 April 2025. Taman Kuliner, Pantai Kering (Panker), Pangkajene—menjadi riuh.

    Nadia tampil flawless. Fashion statement-nya? Futuristic Bugis Elegance. Modern touch, kain lipa sabbe motif lempu, dan mahkota low bun style yang disesuaikan dengan bentuk wajah oval simetris—klasik sekaligus edgy.

    Tak hanya tampil paripurna secara estetika. Nadia juga unggul dalam emotional intelligence, mampu mengelola tekanan kompetisi. Juri terkesima. Bupati Sidrap, Syaharuddin Alrif, hadir langsung, menyampaikan pujian.

    “Ini bukan sekadar ajang kecantikan. Tapi panggung representasi nilai, karakter, dan intelektualitas perempuan Bugis,” ujar Syaharuddin.

    Sebagai pemenang, Nadia otomatis melaju ke tingkat provinsi. Ajang pemilihan Ana’dara Malebbi Sulsel 2025 menanti. Persaingan akan lebih ketat. Tapi Nadia? Sudah siap.

    Dekan FISIP UMS Rappang pun bangga. Dr. Erfina, S.Sos., M.Si., Dekan FISIP, menyebut prestasi Nadia sebagai refleksi dari sinergi kecantikan dan kecerdasan.

    “Dia punya civic sense, etika publik yang kuat. Itulah kecantikan yang sesungguhnya,” tegas Erfina.

    Dosen favorit Nadia, Sandi Lubis, S.I.P., M.A.P., menambahkan: “Dari awal, dia sudah menunjukkan leadership character. Ini bukan keberuntungan, tapi hasil proses panjang.”

    Kini, nama Nadia tak hanya tercatat di ijazah, tapi juga di hati publik Sidrap. Sebagai ikon baru. Perempuan muda yang jadi role model. Smart. Soft spoken. Stylish-lah pokoknya.

    Dan yang paling penting—siap membawa nama Sidrap lebih tinggi, dengan sepatu hak tinggi dan kepala tegak. (edybasri/*)

  • Dari Puskesmas hingga RS Wahidin Makassar, Semua Gratis: Terima Kasih, Pak Bupati Sidrap

    Dari Puskesmas hingga RS Wahidin Makassar, Semua Gratis: Terima Kasih, Pak Bupati Sidrap

    Makassar, katasulsel.com — Amparita, sunyi. Tapi haru menyelinap pelan, Senin, 21 April 2025.

    Di sebuah rumah sederhana, satu keluarga menatap masa depan dengan sedikit lega. Bukan karena harta. Tapi karena harapan.

    Nama programnya: BPJS Gratis. Tapi bagi mereka, nilainya lebih dari sekadar jaminan kesehatan. Ini penyelamat hidup.

    “Kami sekeluarga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Bupati Sidrap, H. Syaharuddin Alrif,” ujar La Baba dan istrinya, Yuli, suara lirih, mata berkaca.

    Program itu, katanya, bukan hanya kebijakan. Tapi bukti nyata kehadiran negara di tengah rakyat kecil.

    Awalnya, dari Puskesmas Amparita. Layanan dasar. Humanis. Dilanjutkan ke RS Nemal Pangkajene. Lalu RS Ainun Habibie Parepare. Dan kini, sedang proses rujukan ke RS Wahidin Sudirohusodo Makassar. Semua tertata secara sistemik, tanpa biaya sepeser pun.

    “Kalau tidak ada BPJS gratis, mungkin kami sudah menyerah. Kami benar-benar sadar program BPJS Kesehatan yang selama ini diprogramkan Pak Bupati, sangat membantu,” bisik Yuli. Bersyukur.

    Secara medis, kondisi yang dihadapi anggota keluarga mereka masuk kategori kronis. Butuh observasi lanjut.

    Rangkaian diagnosis, terapi, hingga tindakan operatif. Prosedur yang dalam dunia kesehatan disebut continuum of care—perjalanan medis yang tak boleh terputus.

    Dan semua itu, kini bisa dijalani. Berkat program. Berkat perhatian. Berkat keikhlasan pemimpin.

    Kami rakyat kecil, kata La Baba, tak bisa membalas apa-apa. Kecuali doa. “Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan Bapak. Diberi sehat, diberi kuat, untuk terus memimpin daerah kami, Sidrap,” akunya.

    Inilah suara dari Amparita. Ini benar-benar suara hati. Suara rakyat kecil seperti La Baba dan istrinya. Suara yang pelan. Tapi jujur. Dan sangat manusia. (edy)

  • Bupati Enrekang Meninjau Jembatan dan Jalan Yang Amblas di Bungin

    Bupati Enrekang Meninjau Jembatan dan Jalan Yang Amblas di Bungin

    Enrekang, katasulsel.com – Bupati Enrekang H. Muh. Yusuf Ritangnga meninjau jembatan dan jalan yang amblas di Kec. Bungin, Minggu, 20 April 2025.

    Dalam kunjungannya Bupati Enrekang ditemani Kapolres Enrekang AKBP Hari Budiyanto dan Dandim 1419 Letkol Inf Augustiar Adinegoro, Ketua DPRD Kabupaten Enrekang Ikrar Eran Batu dan beberapa OPD 

    Jembatan yang ada di Desa Baruka kondisinya sudah rawan amblas tergerus terjangan arus sungai.

    ” Baiknya jangan lagi ada mobil yang beratnya diatas 5 ton melintas,” kata H. Muh. Yusuf Ritangnga.

    Untuk jalan dan jembatan yang amblas, H. Muh. Yusuf Ritangnga meminta BPBD dan PU untuk mengukur dan melakukan pendataan dan segera membuat laporan.

    ” kita akan berupaya mencari bantuan provinsi dan pusat untuk atasi bencana jalan dan jembatan di tengah efisiensi APBD,” kata Yusuf Ritangnga.

    Rencananya,Muh. Yusuf Ritangnga akan berkunjung meninjau wilayah Nating di Desa Sawitto, Bungin, bersama Wakil Bupati Andi Tenri Liwang La Tinro.

    ” Kita jadwal untuk bermalam di dusun itu dan membicarakan solusi penanganan bencana longsor yang melanda Nating dan Katabi,” kata H. Muh. Yusuf Ritangnga.

    PJ. Desa Sawitto Harton PS mengatakan longsor yang terjadi di Nating membuat akses jalan warga terputus.

    ” kita bersyukur pak Bupati dan Wakil akan meninjau langsung titik longsor. Semoga segera ada solusi,” kata Harton PS.(*)

  • Baznas Enrekang Bantu Korban Banjir di Desa Mampu

    Baznas Enrekang Bantu Korban Banjir di Desa Mampu

    Enrekang, katasulsel.com — Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Enrekang menyalurkan bantuan kepada korban bencana luapan air Bah dan tanah longsor di Dusun Lo’ko jarun, Desa Mampu, Kec. Anggeraja, Enrekang, minggu (20/4/2025) kemarin

    Hujan deras yang turun beberapa hari yang lalu menyebabkan air bah meluap ke jalan dan menyebabkan kerusakan di beberapa titik di Kecamatan Anggeraja.
    Syamsul salah satu warga yang terdampak paling parah di Desa Mampu, mendapatkan bantuan dari BAZNAS Kabupaten Enrekang sebesar Rp. 10.000.000
    Bantuan diserahkan langsung oleh Bupati Kabupaten Enrekang Yusuf Ritangnga disaksikan Kapolres Enrekang AKBP Hari Budiyanto,Dandim 1419 Letkol Inf Augustiar Adinegoro, Anggota DPRD Kabupaten Enrekang Fraksi NasDem Hawa, OPD, UPZ, Kades Mampu serta tokoh masyarakat setempat.
    Yusuf Ritangnga berharap bantuan ini bisa meringankan beban korban dan keluarganya.

    “Kami berharap bantuan ini dapat meringankan beban Pak Syamsul dan keluarga. Pemerintah Kabupaten Enrekang bersama BAZNAS akan terus berupaya membantu masyarakat yang mengalami musibah,” ujarnya(*)

  • Nasywah Bersinar di AMKM Sidrap, Ibunya Jadi Pelita di Balik Layar

    Nasywah Bersinar di AMKM Sidrap, Ibunya Jadi Pelita di Balik Layar

    Sidrap, Katasulsel.com — Dalam ajang Ana’dara Malebbi Na Kallolo Mageretta (AMKM) Sidrap 2025, bukan hanya para finalis yang ditantang mental. Tapi juga mereka yang berada di belakang panggung—para orang tua yang jadi pelindung sekaligus penyemangat utama.

    Seperti Herlina Syam, ibu dari Nasywah Awaliyah, finalis kategori Cilik B yang berhasil menyabet runner-up dalam perhelatan budaya bergengsi tingkat kabupaten ini. Herlina tidak hanya mendampingi putrinya dengan penuh cinta, tapi juga membuktikan bahwa semangat orang tua bisa jadi bahan bakar kemenangan.

    “Kami bersyukur sekali. Dikelilingi orang-orang baik yang bantu dengan tulus. Semua ini terasa ringan karena Nasywah bahagia dan berhasil,” ujar Herlina dengan mata berbinar.

    Perjalanan menuju panggung AMKM memang penuh cerita. Herlina mengenang momen-momen lucu sekaligus menegangkan sejak siang hari.

    “Jam 2 siang kami sudah ke salon buat sanggul, takut antre. Padahal seharusnya make up dulu, tapi ya udahlah… sanggul dulu, baru make up. Hahaha,” kisahnya sambil tertawa.

    Dari rumah ke lokasi acara, hingga akhirnya pulang menjelang subuh, semua dilewati dengan penuh semangat. Lelah? Pasti. Tapi Herlina menegaskan, lelah itu tak terasa ketika buah hati naik panggung dengan bangga.

    “Begitu nama Nasywah disebut, saya sudah ikhlas. Juara satu atau dua, kami sudah sangat bersyukur. Dan alhamdulillah, dia juara dua!” katanya penuh haru.

    Nasywah sendiri tampak sangat bahagia. Di awal, ia mengira hanya akan meraih juara harapan. Tapi kerja keras dan keberanian tampil akhirnya membawanya masuk dua besar.

    Anak kelahiran 14 Februari 2014 ini merupakan siswa kelas 5 di UPT SDN 1 Amparita. Ia bergabung di AMKM atas keinginan sendiri. Setahun sebelumnya, Nasywah sempat tampil di ajang Bugis Pride yang digelar oleh IWO Sidrap. Dari sanalah jalan menuju AMKM mulai terbuka.

    “Waktu diajak ikut AMKM, Nasywah langsung setuju. Kami tahu, dia punya potensi,” kata Herlina.

    Kini, satu prestasi telah terukir. Tapi lebih dari itu, kisah Nasywah dan ibunya adalah potret kecil dari cinta besar. Bahwa di balik anak yang hebat, selalu ada sosok ibu yang tangguh—berjuang dalam diam, dan menang bersama tanpa pamrih. (edybasri)

  • Komentar Pedas Netizen Soal TWA Lejja Soppeng, Ini Respons Santun Dirut PT Lamataesso

    Komentar Pedas Netizen Soal TWA Lejja Soppeng, Ini Respons Santun Dirut PT Lamataesso

    Soppeng, Katasulsel.com – Taman Wisata Alam (TWA) Lejja kembali jadi bahan perbincangan di media sosial. Sejumlah kritik dan keluhan dari warganet viral, mulai dari fasilitas hingga pelayanan.

    Muhammad Jufri, Direktur Utama PT Lamataesso Mattappaa, selaku pengelola resmi kawasan, tak tinggal diam. Ia memilih jalur elegan: menerima, merespons, dan membuka ruang dialog.

    “Kami ucapkan terima kasih atas masukannya. Semua itu akan kami kaji dan tindaklanjuti demi perbaikan pengelolaan,” ucap Jufri.

    Alih-alih defensif, Jufri menegaskan bahwa kritik adalah bahan bakar reformasi. Dalam manajemen modern, ini dikenal sebagai feedback loop—mekanisme penting dalam tata kelola yang adaptif.

    “Tak ada sistem yang sempurna. Kami sadar, perbaikan adalah proses panjang. Setiap kritik adalah cermin. Kami terbuka,” tegasnya.

    Jufri juga menyoroti pentingnya menjaga etika komunikasi publik. Menurutnya, kritik harus dibingkai dengan semangat membangun, bukan merusak.

    “TWA Lejja adalah milik bersama. Kalau kita merusaknya dengan narasi negatif tanpa solusi, kita sendiri yang rugi,” ujarnya.

    Mengutip kearifan lokal, Jufri menyebut pepatah Bugis sebagai pengingat: jangan menepuk air di dulang, nanti terciprat muka sendiri.

    Untuk itu, ia menyediakan jalur komunikasi langsung via WhatsApp bagi masyarakat yang ingin menyampaikan saran secara lebih tertib.

    “Silakan kirim ke +62 811-402-143. Kami siap menampung,” katanya.

    Terakhir, ia menyampaikan permohonan maaf apabila ada kekurangan di lapangan. Menurutnya, sinergi antara pengelola dan publik adalah kunci keberlanjutan kawasan konservasi ini.

    TWA Lejja, bagian dari kawasan hutan lindung Sulawesi Selatan, memegang peran penting dalam konservasi dan ekonomi lokal. Kritik publik, meski tajam, bisa menjadi vitamin jika dikelola dengan cara yang tepat. (edy/*)

  • Dari Hijau hingga Tosca, Nasywah Pilih Berbeda di Panggung AMKM Sidrap

    Dari Hijau hingga Tosca, Nasywah Pilih Berbeda di Panggung AMKM Sidrap

    Sidrap, katasulsel.com – Sabtu pagi yang cerah di Amparita; di sebuah rumah sederhana, suasana sudah mulai sibuk sejak pagi.

    Di dalam kamar, Nasywah Awaliyah—finalis kategori Cilik B ajang AMKM Sidrap 2025—sedang bersiap.

    Ia duduk di depan cermin, rambutnya sudah ditata rapi, Baju Tokko miliknya masih tergantung manis di balik pintu; belum dikenakan, tapi auranya sudah terasa.

    “Bismillah, siap tampil malam ini,” bisik Nasywah pelan; mungkin ke dirinya sendiri, mungkin ke semesta.

    Ibunya, Herlina Syam, mondar-mandir dari dapur ke kamar. Sesekali mengecek riasan, sesekali mengecek perlengkapan.

    Tak ada make-up artist profesional, tak ada lighting mewah—tapi cinta dan niat baik cukup bikin suasana rumah hangat, bahkan berwibawa.

    Ayahnya, Muh Yusuf, tampak lebih tenang. Duduk di ruang tengah, memantau dari jauh; sesekali tersenyum melihat putrinya sibuk dengan persiapan.

    “Yang penting yakin, Nak. Bukan soal menang atau kalah,” katanya sambil menyisipkan teh manis ke dalam gelas kecil.

    Di atas meja, sudah tertata rapi busana adat lengkap: Baju Tokko, Lipa’ Sabbe, dan aksesori khas Bugis lainnya.

    Warna-warnanya menyala: hijau yang segar, merah bella yang berani, dan sentuhan tosca yang kalem tapi kuat.

    Kombinasi warna ini bukan sekadar pilihan estetik; ia mewakili filosofi hidup masyarakat Bugis—dan malam ini, Nasywah akan membawakannya di depan publik Sidrap.

    “Latihan jalan udah, hafalan filosofi juga aman,” kata Nasywah, sambil nyengir kecil.

    Anak ini memang ringan diajak ngobrol; tapi serius kalau sudah bicara soal budaya. Ia tahu, malam ini bukan cuma soal tampil cantik, tapi juga soal membawa cerita tentang siapa dirinya dan dari mana ia berasal.

    Pelatihnya, Kak Findy Nurul Azzahra, juga sempat mengirim pesan pagi itu.

    “Semangat ya, Na. Jangan lupa sarapan. Inget caramu buka langkah, inget caramu senyum.”
    Nasywah membalas dengan stiker hati dan emoji semangat.

    Di luar rumah, beberapa tetangga mulai mampir. Ada yang bantu angkat perlengkapan, ada yang sekadar kasih semangat.

    “Wih, calon juara ini!” teriak salah satu dari mereka sambil ketawa.

    Mobil jemputan akan datang beberapa jam lagi. Tapi di rumah Nasywah, suasana sudah seperti mau berangkat umrah: penuh persiapan, penuh doa, dan penuh harapan.

    Karena malam ini bukan sekadar tampil di panggung. Malam ini, Nasywah akan menulis sejarah kecil dalam hidupnya; membawa budaya Bugis ke depan cahaya, dari rumah kecil di Amparita, menuju Panggung Seni Taman Kuliner Panker Pangkajene, Sidrap.(*)

  • Aipda AD Dipecat karena Kasus Asusila, Polres Buton Utara Tegas Tak Tolerir Pelanggaran

    Aipda AD Dipecat karena Kasus Asusila, Polres Buton Utara Tegas Tak Tolerir Pelanggaran

    Butur, katasulsel.com — Seorang anggota Polres Buton Utara, Sulawesi Tenggara, diberhentikan secara tidak hormat (PTDH) setelah terjerat kasus dugaan asusila yang mengejutkan publik.

    Aipda AD, yang diduga melakukan tindakan tak senonoh kepada ibu mertuanya sendiri, resmi dipecat usai menjalani sidang kode etik.

    Kapolres Buton Utara, AKBP Totok Budi, Sabtu, 19 April 2025, menyatakan bahwa seluruh proses sidang etik dan tahapan administratif telah selesai dilakukan. Keputusan PTDH pun dijatuhkan berdasarkan pelanggaran berat yang dilakukan oleh AD.

    Totok membenarkan adanya kabar bahwa AD mengajukan banding ke Polda Sultra, bahkan sempat beredar isu bahwa ia mengklaim mendapat dukungan dari pihak-pihak tertentu agar terbebas dari sanksi. Namun, Totok menegaskan bahwa pihaknya akan mengawal dan memastikan proses banding berjalan objektif dan sesuai prosedur.

    “Memang benar yang bersangkutan mengajukan banding. Namun, perkembangan lanjutnya belum kami terima. Kami akan telusuri,” kata Totok.

    Sementara itu, keresahan masyarakat semakin meningkat usai keluarga korban menyebut bahwa AD menyebarkan klaim dirinya tidak akan dipecat. Dugaan adanya intervensi pun muncul dan menambah kecemasan di tengah publik.

    Totok memastikan bahwa institusinya akan bersikap tegas terhadap segala bentuk pelanggaran, apalagi yang bisa mencoreng nama baik kepolisian. Ia menekankan pentingnya integritas dan disiplin bagi setiap anggota.

    “Kami tidak akan menolerir pelanggaran apa pun. Polisi harus menjadi contoh penegakan hukum yang bersih dan transparan, termasuk jika pelanggar berasal dari internal,” tegas Totok.

    Kasus yang terjadi pada 16 Januari 2025 itu kini menjadi sorotan luas. Publik berharap agar proses hukum dan etik berjalan tanpa intervensi, sebagai wujud nyata dari komitmen Polri untuk terus membersihkan institusi dari oknum-oknum yang menyimpang.(*)

  • Cantiknya Nasywah! Finalis Cilik yang Siap Bersinar di AMKM Sidrap 2025

    Cantiknya Nasywah! Finalis Cilik yang Siap Bersinar di AMKM Sidrap 2025

    Sidrap, katasulsel.com — Malam ini, Sabtu, 19 April 2025, panggung seni di Taman Kuliner Pantai Kering (Panker), Pangkajene, Sidrap bakal semarak dengan penampilan para finalis Anak Dara Malebbi dan Kallolo Magaretta (AMKM) 2025. Salah satu yang mencuri perhatian adalah Nasywah Awaliyah, atau yang akrab disapa Nasywah.

    Gadis cantik asal Kelurahan Amparita, Kecamatan Tellu Limpoe ini, bakal tampil di kategori Cilik B. Ia merupakan putri sulung dari pasangan Muh Yusuf dan Herlina Syam.

    Sejak berusia 8 tahun, Nasywah sudah menunjukkan bakat dan percaya diri luar biasa. Kini, usianya beranjak 11 tahun. Tak hanya piawai di atas panggung seni, siswa kelas 5 UPT SDN 1 Amparita ini, juga dikenal berprestasi di sekolah, dengan peringkat 4 di kelasnya.

    Sejak dinyatakan lolos sebagai finalis, Nazwa giat berlatih hampir setiap malam sepulang sekolah. Ia dibimbing langsung oleh pelatihnya, Findy Nurul Azzahra. Ia juga sudah mulai terbiasa dengan panggung dan menyatakan kesiapannya untuk tampil maksimal malam nanti.

    Peserta yang berhasil melewati audisi tingkat kabupaten nantinya akan mewakili Sidrap ke tingkat provinsi. Lomba AMKM ini terbagi dalam beberapa kategori, mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa.

    Selama ini, Sidrap dikenal sebagai daerah yang konsisten mengirimkan wakil ke AMKM tingkat provinsi. Tak sedikit pula prestasi yang berhasil diraih di setiap level lomba.

    Ajang ini bukan hanya soal kompetisi penampilan, melainkan sarana pelestarian dan promosi budaya lokal. AMKM membawa misi penting memperkenalkan nilai-nilai budaya kepada generasi muda sekaligus memperkuat identitas daerah.

    Bupati Sidrap, Syaharuddin Alrif, dijadwalkan membuka secara resmi AMKM Sidrap 2025 malam nanti. Dukungan pemerintah daerah terhadap kegiatan budaya seperti ini menjadi bukti nyata bahwa Sidrap peduli terhadap pengembangan potensi generasi muda yang cinta budaya. (*)

  • Saluran Drainase di Konut Rusak, LPPK Sultra Soroti Pengerjaanya dan Akan Laporkan ke Kejati

    Saluran Drainase di Konut Rusak, LPPK Sultra Soroti Pengerjaanya dan Akan Laporkan ke Kejati

    Konawe Utara,katasulsel.com – Lembaga Pemerhati Pembangunan dan Anti Korupsi Sulawesi Tenggara (LPPK Sultra), menyoroti kualitas pekerjaan peningkatan jalan Awila-Puncak Mowundo di Kabupaten Konawe Utara (Konut) yang belum lama dikerjakan namun sudah mengalami kerusakan. Sabtu,(19/04/2025)

    Tak hanya menyoroti pekerjaan rekontruksinya, LPPK Sultra juga akan melaporkan ke Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara (Kejati Sultra), atas saluran drainase yang sudah rusak.

    Bukan tanpa alasan, Proyek yang menelan anggaran sebesar Rp9,5 miliar ini kini telah mengalami kerusakan meski baru saja rampung dikerjakan pada tahun 2024.

    Ketua LPPK Sultra, Karmin mengatakan, pihaknya telah melakukan investigasi langsung di lapangan dan menemukan bahwa kondisi drainase yang sudah rusak. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa proyek dikerjakan secara asal-asalan.

    “Pekerjaan ini dikerjakan oleh CV Berkah Anawonua dengan nilai kontrak Rp9.5 Miliar, bamun kualitasnya sangat memprihatinkan. Kami menduga kuat adanya ketidaksesuaian dalam pelaksanaan teknis di lapangan,” ujar Karmin.Sabtu,(19/04/2025)

    Kamrin menuturkan bahwa, pihaknya juga telah berupaya melakukan konfirmasi kepada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Konut, termasuk kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Ir. Alfian, namun hingga saat ini belum ada tanggapan.

    Dengan tidak memberikan tanggapan dan tidak adanya itikad baik Kepala Dinas PUPR maka LPPK Sultra menegaskan akan membawa persoalan ini ke ranah hukum.

    “Kami akan melaporkan dugaan penyimpangan ini ke aparat penegak hukum agar dilakukan penyelidikan lebih lanjut,” tegasnya

    “Proyek peningkatan jalan aspal tersebut seharusnya menjadi infrastruktur penunjang yang berkualitas bagi masyarakat, namun kenyataan di lapangan justru menunjukkan hasil yang mengecewakan,” tandasnya