
Semua warga dapat jatah, termasuk bayi baru lahir. Setiap kepala kebagian Rp 200 ribu.
Jika satu rumah berisi lima orang, artinya mereka bisa membawa pulang sejuta.
Tidak heran, sejak pagi antrean di Kantor Desa Wunut mengular. Semua datang membawa kartu keluarga dan surat undangan.

“Ini tahun ketiga kita bagi THR. Tahun lalu per KK, sekarang per jiwa. Harapannya, tahun depan bisa lebih besar lagi,” kata Kades Wunut, Iwan Sulistya Setiawan.
Laila, seorang ibu dengan tiga anak, sumringah. Bayinya yang baru satu tahun pun ikut menerima THR. “Alhamdulillah, buat tambah beli baju Lebaran,” ujarnya.
Sunipah, seorang pengamen badut yang tinggal di luar desa, juga kebagian. Meski berdomisili di Desa Janti, dia masih terdaftar sebagai warga Wunut.
Total Rp 1,6 juta masuk kantong keluarganya. “Kemarin bingung mau Lebaran, sekarang tidak,” katanya.
Meski pendapatan Umbul Pelem turun dari Rp 7,2 miliar di 2023 menjadi Rp 6,4 miliar di 2024, Pemdes Wunut tetap menaikkan THR. “Ini wujud rasa syukur. Pendapatan bisa turun, tapi kebahagiaan warga tidak boleh ikut surut,” ujar Iwan.
Ke depan, desa ini berencana memperluas bisnisnya. Ada Umbul Gede yang siap dikembangkan, dan usaha lain yang sedang dirancang.
Jika semua berjalan lancar, siapa tahu tahun depan THR warga Wunut bisa lebih besar lagi. Desa lain kapan menyusul?
Sidrap Punya Bumdes, Tapi Beda Nasib
Jauh di Sulawesi Selatan, ada Desa Allakuang, Sidrap.
Mereka juga punya Bumdes, usahanya juga hampir sama, yakni kolam renang, namanya Bungnge Citta Nene Mallomo.
Bersambung…
Tinggalkan Balasan