Ayah, Maaf, Aku Tak Minta Baju Baru Tahun Ini

Bahkan tadi sore, anak bungsunya, Rafi, tersenyum sambil berkata, “Tak apa, Pak. Lebaran kan bukan soal baju baru.”

Rahmat ingin menangis saat itu juga.

Tapi sebagai kepala keluarga, ia harus kuat. Harus tetap tersenyum. Harus tetap jadi sandaran, meski hatinya sudah nyaris patah.

Malam ini, ia masih duduk di teras.

Memandang langit.

Berharap esok ada keajaiban.

Bukan untuk dirinya.

Tapi untuk anak-anaknya yang tak pernah mengeluh.

Untuk istrinya yang masih berbisik lirih dalam doa.

Dan untuk Lebaran yang—meski tanpa baju baru—tetap harus mereka rayakan. Walau hanya dengan air mata yang tak habis-habis. (*)