
Palopo, katasulsel.com — Kasus ini seperti teka-teki rumit yang akhirnya terurai.
Fenny Ere, karyawati Honda Sanggar Laut Palopo, ditemukan tewas mengenaskan, belum lama ini.
Jelas. Butuh waktu, keringat, dan ketajaman intuisi polisi untuk mengungkap siapa dalang di balik tragedi tersebut.

Akhirnya. Pelakunya? Ahmad alias Ah, pria yang ternyata pernah bekerja di rumah korban.
Ceritanya begini. Skenario malam itu gelap dan berbau alkohol. Ahmad, yang sudah lama mengamati gerak-gerik Fenny, memutuskan melakukan aksi nekatnya.
Dengan kepala yang dipenuhi keberanian semu dari minuman keras, dia memanjat tembok belakang rumah korban dini hari, kira-kira pukul 02.00 WITA.
Fenny yang tengah terlelap, terbangun oleh kehadiran tak diundang ini.
Pergumulan terjadi. Dalam upaya melawan, Fenny harus menghadapi kekejaman Ahmad.
Kepala korban dibenturkan hingga tak sadarkan diri. Darah berceceran, tapi pelaku dengan dingin mencoba menghapus jejak.
Bersambung..
Dia membersihkan darah dan mengambil kunci mobil korban.
Aksi ini belum selesai. Ahmad mengikat tubuh tak berdaya Fenny dan membawanya ke lokasi terpencil di Battang, tempat yang sering dia kunjungi untuk mendaki.
Di sanalah, di bawah tanah dingin, tubuh korban dikuburkan. Barang-barang milik Fenny, termasuk koper, dibawa pergi.
Mobilnya? Ditinggalkan begitu saja di Makassar, seolah ingin mengaburkan jejak.
Namun, seperti kata pepatah, “Sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya jatuh juga.”
Polisi menemukan sidik jari pelaku di mobil korban. Bukti ini menjadi pintu masuk bagi tim penyidik untuk menyusun puzzle yang ada.
Dengan kejelian forensik dan investigasi tajam, polisi berhasil melacak keberadaan Ahmad hingga ke Bone-Bone, Luwu Utara.
Drama penangkapan tidak kalah menegangkan. Ahmad berusaha melawan ketika hendak ditangkap. Tapi polisi tidak main-main.
Tindakan tegas diambil, peluru menghantam betis kanannya. Ahmad pun tak berkutik lagi.
Kapolres Palopo, AKBP Safi’i Nafsikin, menyatakan bahwa ini bukan sekadar pembunuhan biasa.
Ada unsur pembunuhan berencana dan pemerkosaan dalam kasus ini. Sebuah kejahatan yang dirancang dengan niat jahat sejak awal.
Bersambung…
Kasus ini menjadi bukti bahwa keadilan tidak bisa disembunyikan di balik tanah atau tembok-tembok gelap malam.
Polisi bekerja seperti pemburu bayangan, menggunakan bukti forensik sebagai senjata utama.
Bagi masyarakat, ini adalah pengingat keras untuk selalu waspada terhadap lingkungan sekitar.
Orang-orang yang pernah bekerja di rumah Anda bisa saja menyimpan niat yang tak terduga.
Di balik senyum ramah, siapa tahu ada rencana kelam yang menunggu waktu untuk meledak.(*)
Tinggalkan Balasan