
Nabi Muhammad SAW adalah manusia pilihan yang membawa cahaya Islam ke dunia. Perjalanan hidupnya penuh dengan hikmah, termasuk saat beliau diangkat menjadi Rasul.
Oleh: Darwis LG
PERISTIWA agung ini terjadi ketika beliau berusia 40 tahun, di Gua Hira, sebuah tempat sunyi di Jabal Nur, dekat Makkah.

Sejak muda, Muhammad SAW dikenal sebagai pribadi yang jujur, amanah, dan berpikir jauh ke depan.
Beliau sering menyendiri, menjauhi hiruk-pikuk masyarakat Quraisy yang tenggelam dalam penyembahan berhala.
Di Gua Hira, beliau bertafakur, merenungi kehidupan, mencari kebenaran, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Pada suatu malam di bulan Ramadan, saat Muhammad SAW tengah dalam perenungan, datanglah malaikat Jibril.
Sosok bercahaya itu mendekat dan berkata, “Iqra!” (Bacalah!).
Muhammad SAW yang ummi (tidak bisa membaca) merasa ketakutan dan menjawab, “Aku tidak bisa membaca.”
Jibril memeluknya erat, lalu mengulang perintah itu hingga tiga kali. Akhirnya, Jibril menyampaikan wahyu pertama dari Allah SWT:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”
(QS. Al-‘Alaq: 1-5)
Setelah menerima wahyu ini, Muhammad SAW gemetar dan segera pulang ke rumah. Beliau mencari ketenangan di pelukan istrinya, Khadijah RA.
Dengan penuh kasih, Khadijah menenangkan suaminya dan meyakinkannya bahwa Allah tidak akan membiarkan Muhammad dalam kesusahan.
Khadijah lalu membawa Muhammad SAW menemui Waraqah bin Naufal, seorang pendeta Nasrani yang bijak. Setelah mendengar kisahnya, Waraqah berkata,
“Itu adalah malaikat yang pernah datang kepada Musa. Engkau adalah utusan Allah untuk umat manusia.”
Namun, Waraqah juga mengingatkan, “Kaummu akan menentangmu. Mereka akan mengusirmu.”
Mendengar ini, Muhammad SAW terkejut. Bagaimana mungkin kaumnya yang menghormatinya sebagai “Al-Amin” (yang terpercaya) justru akan memusuhinya? Tapi inilah awal dari perjalanan besar dalam membawa risalah Islam.
Setelah wahyu pertama turun, Muhammad SAW resmi diangkat sebagai Rasulullah. Namun, selama beberapa waktu, tidak ada wahyu lanjutan. Masa ini dikenal sebagai fatrah wahyu (jeda wahyu).
Hingga akhirnya turun wahyu kedua yang memerintahkan beliau untuk berdakwah:
“Hai orang yang berselimut! Bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan agungkanlah Tuhanmu.”
(QS. Al-Muddatsir: 1-3)
Sejak saat itu, Muhammad SAW mulai menyebarkan Islam, pertama secara sembunyi-sembunyi, lalu secara terbuka. Perjalanan dakwahnya penuh dengan rintangan, tetapi semangatnya tak pernah padam.
Diangkatnya Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul adalah titik balik besar dalam sejarah manusia. Dari Gua Hira, cahaya Islam mulai bersinar dan menerangi dunia.
Hingga kini, ajaran beliau tetap hidup, menjadi pedoman bagi umat Islam di seluruh dunia.
Peristiwa ini mengajarkan kita bahwa dalam pencarian kebenaran, Allah akan membimbing hambanya yang tulus.
Semoga kita bisa meneladani perjuangan Rasulullah dan menjadi umat yang istiqamah dalam iman dan amal. Aamiin.(*)
Tinggalkan Balasan