Ditulis Oleh: Wanda Avi Avrur / Syamsinar I Mahasiswa Universitas Negeri Makassar

BANYAK orang beranggapan bahwa pendidikan karakter anak pada zaman dahulu lebih bagus dibandingkan zaman sekarang. Sepertinya anggapan tersebut benar adanya, karena melihat sikap sebagian besar anak zaman sekarang kian membuat orang dewasa mengelus dada. Anak SD banyak melawan guru dan orang tuanya, terlibat perkelahian, merokok, menggunakan obat terlarang hingga melakukan tindak asusila.

Membangun pendidikan karakter siswa disekolah seorang guru sedang mengajarkan kebersihan kepada siswa, dengan memberikan contoh cara menjaga kebersihan. Kebebasan anak-anak mengakses internet dengan segala dunianya, membuat mereka hanya terfokus pada apa yang mereka lihat di internet.
Menjadi seorang guru bearti sama halnya dengan menjadi orang tua si anak di sekolah. Menjadi guru bukan hanya sekadar bertanggung jawab memberikan asupan pelajaran, tetapi juga harus mampu mendidik moral, etika, integritas dan karakter.

Berikut hal-hal sederhana yang bisa dilakukan guru untuk membangun karakter pada anak didik :

  1. Ajarkan sopan santun dan cara bersikap yang baik
    Pengajaran cara bersikap di sekolah seringkali hanya pada permukaannya saja, tidak mendalam hingga ke sikap paling sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, guru harus dapat mengajarkan mana-mana saja sikap yang benar dan salah, termasuk hal kecil yang sering dilakukan bahkan dianggap lumrah oleh masyarakat.
  2. Jadikan diri sebagai contoh
    Guru adalah role model bagi siswa, yang berarti bahwa siswa akan menganggap guru sebagai contoh dalam berperilaku. Sikap baik maupun buruk yang dimiliki oleh guru, sedikit atau banyak pasti dapat mempengaruhi bagaimana cara siswa bersikap dengan sesama. Oleh karena itu, guru harus terlebih dahulu mengokohkan karakter diri sendiri. Guru harus pandai dalam menjaga sikap untuk memberikan contoh yang terbaik.
  3. Ajarkan nilai moral yang terselip pada setiap pelajaran
    Seorang guru harus menanamkan niali-nilai moral yang terselip. Misalnya saat pelajaran bahasa Indonesia, guru mengajarkan bahwa dengan mengerjakan soal bahasa Indonesia kita bisa belajar untuk bersabar, dan berusaha memecahkan masalah dengan mengasah logika berpikir. Hal ini dapat membangun karakter optimis dan analisis logis siswa saat menghadapi masalah yang lebih berat.
  4. Jangan hanya menilai siswa dari hasil akademis, tetapi juga mengapresiasikan usaha siswa
    Hasil akademis siswa memang penting, namun ada banyak hal lain yang jug sama pentingnya dengan skor nilai akademis. Misalnya karakter tepat waktu, kerajinan, kegigihan, kerjasama yang baik dll. Siswa yang gagal mendapatkan skor niali tinggi, belum tentu karena dia malas. Jika ia telah berusaha dengan gigih, maka guru juga harus mengapresiasi kegigihannya tanpa menghakimi nialainya yang rendah. Hal ini dapat membuat siswa ikut mengapresiasi diri atau usaha yang telah dilakukan, sehingga akan terbangun karakter yang terus mau belajar dan memperbaiki diri.
Dapatkan berita terbaru di Katasulsel.com