JAKARTA — Minyak goreng masih langka saja meski sejumlah stimulus dan kebijakan telah dikeluarkan pemerintah. ‘Emak-emak’ adalah orang yang paling merasakan dampak dari kelangkaan minyak dari perasan kelapa sawit itu.

Wakil Bendahara Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Camelia Panduwinata Lubis merasa prihatin dengan kondisi ini. Menurutnya kelangkaan minyak goreng adalah ironi di tengah lahan kelapa sawit yang begitu luas di dataran Nusantara, namun produknya tak dinikmati penduduknya sendiri.

“Fenomena ini sungguh tragis, kita perlu melakukan evaluasi agar kejadian ini tidak berulang. Mungkin saat ini beberapa daerah telah melakukan operasi pasar, tapi ini langkah kuratif bukan preventif. Logika berpikirnya adalah bagaimana agar kelangkaan ini tidak terjadi di kemudian hari,” kata Camel kepada media di Jakarta, Kamis (24/2).

Camel yang juga politisi Golkar ini pun mendorong pemerintah untuk mencari cara agar minyak goreng selalu terjaga distribusinya dan stabil harganya. Salah satu yang perlu dicari solusinya adalah melepas ketergantungan harga minyak goreng dari harga CPO.

Kegeraman Camel semakin memuncak ketika aparat hukum menemukan sejumlah lokasi penimbunan minyak goreng. Bendahara Umum Kerapatan Indonesia Tanah Air (KITA) ini pun meminta polisi untuk tegas menindak oknum-oknum yang melakukan penimbunan.

“Oknum-oknum yang memanfaatkan kondisi ini harus ditindak sesuai dengan hukum yang berlaku. Tega betul memanfaatkan situasi kesulitan masyarakat untuk mendapat keuntungan yang tidak wajar,” kata Camel menutup.

Dapatkan berita terbaru di Katasulsel.com