
Buton Utara, katasulsel.com — Di Desa Rante Gola, Kecamatan Bonegunu, ada yang berbeda Minggu, 23 Maret 2025.
Warga berbondong-bondong datang. Bukan untuk hajatan, bukan juga untuk pasar malam.
Tapi untuk Gerakan Pangan Murah yang digelar Pemkab Buton Utara. Sebuah langkah yang katanya untuk menenangkan gejolak harga sembako yang makin bikin pusing kepala.

Bupati Afirudin Mathara turun langsung disana. Ia seperti membawa pesan penting di tengah suasana Ramadan yang penuh harap.
Katanya, ini bukan sekadar program, tapi strategi. Strategi agar masyarakat tak terlalu terbebani dengan harga kebutuhan pokok yang melambung, apalagi menjelang Idulfitri.
Suasana Ramadan memang selalu punya cerita. Tapi cerita harga yang naik setiap tahun, itu yang ingin mereka ubah.
Afirudin bicara soal tantangan ekonomi. Dia tahu, kantong masyarakat sedang diuji.
Ramadan dan Idulfitri selalu identik dengan belanja besar-besaran. Tapi bagaimana kalau harga beras, minyak goreng, gula, dan kebutuhan lainnya terus naik tanpa ampun.
Pangan murah jadi jawabannya. Seperti oase di tengah padang pasir ekonomi yang kian panas.
Kegiatan ini tak hanya soal jual beli dengan harga miring. Ada misi lain yang lebih dalam. Pemkab Butur ingin ekonomi lokal bergerak. Mereka menggandeng Bulog dan para distributor.
Harapannya, hasil tani lokal bisa lebih dihargai, dan ketergantungan pada impor bisa sedikit dikurangi. Sebuah langkah kecil dengan mimpi besar.
Afirudin juga menyinggung soal rantai pasokan. Ia tahu masalah pangan bukan cuma soal produksi, tapi juga distribusi.
Biaya logistik sering jadi biang keladi harga naik tak terkendali. Dengan kolaborasi bersama Bulog dan distributor, mereka mencoba memotong jalur-jalur yang terlalu panjang dan mahal.
Warga pun menyambut baik gerakan ini. Bagi mereka, ini seperti secercah cahaya di tengah gelapnya tekanan ekonomi. Ramadan kali ini mungkin terasa lebih ringan untuk sebagian orang di Bonegunu.
Gerakan Pangan Murah ini bukan sekadar jualan murah. Ini adalah pesan bahwa pemerintah hadir di saat warganya butuh. Bahwa di tengah lonjakan harga, ada usaha untuk menyeimbangkan keadaan.
Seperti jembatan yang menghubungkan dua sisi jurang, gerakan ini mencoba mengurangi jarak antara kebutuhan dan kemampuan masyarakat.
Apakah ini cukup untuk jangka panjang? Mungkin tidak. Tapi setidaknya untuk saat ini, Bonegunu punya alasan untuk tersenyum lebih lebar di bulan suci ini.(*)
Tinggalkan Balasan