Ditulis Oleh: Nurwiwi Putri Armin I Universitas Negeri Makassar

Abad 21 merupakan era kemajuan teknologi. Segala bentuk teknologi saat ini mulai dari media cetak, audio, maupun video telah mampu didigitisasi sehingga hampir seluruh aspek kehidupan ini sudah tidak lepas dari pengaruh digitalisasi ini. Salah satu contohnya adalah uang yang awalnya berbentuk kertas, kini telah dikoversi menjadi uang digital yang saat ini marak digunakan masyarakat karena dianggap lebih praktis. Digitalisasi telah mengubah gaya hidup kita. Semua bisa dilakukan hanya dengan mengakses internet maupun aplikasi yang disediakan oleh gawai kita masing-masing.

Bagi yang belum tahu, digitisasi dan digitalisasi itu berbeda pengertian tetapi saling berhubungan. Digitisasi merupakan proses merubah atau mengkonversi segala bentuk analog menjadi bentuk digital, seperti merubah dokumen cetak menjadi dokumen digital yang terformat dalam bentuk pdf maupun word. Digitalisasi merupakan bentuk penggunaan teknologi digital dan data-data yang telah terdigitisasi untuk mempengaruhi cara penyeleseaian siuatu pekerjaan dan dapat mengubah cara pandang seseorang dalam mengerjakan sesuatu. Dapat dikatakan bahwa digitalisasi tidak akan terjadi tanpa adanya digitisasi.

Kini semuanya dapat dilakukan secara digital yang membuat manusia terpengaruh karena kemudahan yang disediakannya. Bahkan anak-anak usia dini saja kini sudah terpengaruh bahkan sudah banyak dari anak-anak ini telah diberikan gawai masing-masing oleh orangtua mereka. Adapun studi yang dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemkominfo) bersama UNICEF menemukan fakta bahwa 98% anak-anak hingga remaja telah mengetahui tentang internet dan 79,5% diantaranya adalah pengguna internet. Ada tiga tujuan utama merek mengakses internet, yaitu untuk mencari informasi, untuk terhubung dengan teman, dan untuk hiburan. Tujuan untuk mencari informasi dilakukan anak-anak untuk membantu pengerjaan tugas-tugas sekolahnya, sedangkan untuk tujuan mengubungkan keakraban dengan teman dan untuk hiburan didorong oleh kebutuhan pribadi mereka dengan memanfaatkan aplikasi-aplikasi media sosial (medsos) dan konten hiburan.

Pemanfaatan teknologi digital oleh anak-anak dan remaja menuai pro dan kontra dikalangan orangtua dan masyarakat. Ada yang mendukung dengan alasan membantu meringankan pengerjaan tugas-tugas sekolah mereka. Ada juga yang menolak dengan alasan membuat anak-anak dan remaja ini malas untuk bersosialisasi dengan orang lain, bahkan dengan rekan sebayanya secara langsung karena kecanduan internet.

Nahriyah (2018) dalam jurnal artikelnya menjelaskan bahwa terdapat 11 tanda kecanduan teknologi pada anak dan remaja yang dapat diamatai oleh orangtua, diantaranya: 

1) Fokus berkurang,
(2) Menjadi lebih emosional,
(3) Sulit mengambil keputusan,
(4) Kematangan semu, terlihat besar fisik tetapi jiwanya belum matang, (5) Sulit berkomunikasi dengan orang lain,
(6) tidak ada perubahan raut muka untuk mengekspresikanperasaan,
(7) Daya juang rendah, (8) Mudah terpengaruh, (9) Anti sosial dan sulit berhubungan dengan orang lain,
(10) Melemahnya kemampuan merasakan sensasi di dunia nyata, (11) Tidak memahami nilai-nilai moral.

Untuk mengatasi atau mencegah kemungkinan terjadinya kencanduan teknologi digital pada anak dan remaja ini perlu perhatian dan pemahaman dari lingkungan, baik dari lingkungan keluarga, sekolah, hingga lingkungan masyarakat. Namun yang paling perlu perhatian utama adalah lingkungan keluarga yang merupakan tempat pendidikan pertama anak. Di dalam lingkungan keluarga ini terdapat orangtua yang merupakan sosok pelindung dan pendidik utama anak. Di dalam keluarga, anak dididik dan dibina untuk pertama kalinya. Anak diajarkan berperilaku baik dengan orang lain. Maka dari itu, perhatian orangtua sangat diperlukan demi mencegah anak terjerumus dalam kecanduan teknologi digital yang kian marak terjadi.

Selain dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah mengambil peranan yang tidak kalah utama karena di sekolah, anak dididik dan dibimbing oleh tenaga pendidik profesional. Salah satu peran pendidik ini adalah mengajarkan siswa dalam bersikap, terutama sikap siswa dalam menggunakan teknologi digital dengan bijak. Peran masyarakat juga tidak kalah penting karena anak belajar dengan melihat orang lain. Maka dari itu, masyarakat harus lebih bijak juga dalam menggunakan teknologi, apalagi jika dihadapan anak-anak. Masyarakat tentu tidak ingin melihat anak-anak terjerumus dalam hal negatif, seperti kecanduan teknologi yang membuat anak kemungkinan menjauh dari masyarakatnya.

Dari uraian di atas, tentunya mengajarkan kita untuk lebih bijak dalam menggunakan teknologi digital. Apalagi megajarkan anak-anak kita untuk bijak menggunakan teknologi. Dengan mengajarkan anak bijak teknologi akan mencegah mereka dari kemungkinan terjerumus dalam gaya hidup yang salah. 
Dapatkan berita terbaru di Katasulsel.com