Example 650x100

Sidrap, katasulsel.com — Matahari bersinar terik di hamparan sawah Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap).

Tapi kali ini, para petani tak lagi mengeluh soal biaya operasional yang membengkak. Sebuah revolusi diam-diam terjadi.

PT PLN (Persero) lewat program Electrifying Agriculture (EA) menghadirkan listrik hijau yang tak hanya menerangi, tapi juga meringankan beban kantong petani hingga 63 persen.

Example 300x500

PLH General Manager PT PLN (Persero) UID Sulselrabar, Edyansyah, menegaskan program EA bukan sekadar proyek biasa. Ini adalah upaya PLN menghubungkan teknologi listrik dengan sektor agrikultur, perkebunan, hingga perikanan. Tujuannya? Ketahanan pangan nasional yang lebih kokoh.

“Kami ingin lebih dari sekadar menerangi. Kami ingin menggerakkan ekonomi rakyat. Petani, peternak, hingga nelayan bisa lebih produktif dengan listrik PLN,” ujar Edyansyah.

Dulu, petani seperti Suyuti, warga Kelurahan Baranti, harus mengandalkan tabung gas untuk mengairi sawahnya.

Sebulan 90 tabung gas tiga kilogram habis untuk sekadar memastikan sawahnya tetap bernapas. Biaya? Tak tanggung-tanggung, Rp2,4 juta per bulan.

Namun, sejak beralih ke listrik PLN dengan daya 3.500 VA, situasi berubah drastis. Kini, dengan sistem pompanisasi listrik, pengairan bisa menjangkau hingga lima hektare sawah, sementara biaya bulanan turun drastis jadi Rp950 ribu saja.

Bersambung..