Katasulsel.com, Kediri – Kediaman pribadi Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Moeldoko di Desa Pesing, Kecamatan Purwoasri, Kabupaten Kediri, mendadak di kepung warga, Minggu, 13 Agustus 2022.

Tidak kurang dari 500 warga, mereka terdiri dari kelompok petani, peternak, pedagang kaki lima (PKL), ibu-ibu pelaku UMKM dan pemuda karang taruna.

Adapun kedatangan mereka, tidak lain untuk meminta, sekaligus mendorong Moeldoko untuk maju sebagai Calon Presiden pada 2024 mendatang

Sebagai wujud solidaritas dan komitmen, warga yang datang secara tiba-tiba tanpa sepengetahuan Moeldoko itu, langsung menggelar deklarasi dukungan yang berlangsung di halaman rumh Moeldoko.

“Ayo pak Moeldoko, jangan diam saja, Indonesia butuh bapak, kami semua ingin agar bapak maju sebagai calon presiden pada 2024 mendatang, hidup pak Moeldoko, hidup pak Moeldoko,” pekik slh seorang warga diikuti warga lainnya

Warga yang mendatangi rumah Moeldoko itu, menyebut Moeldoko sebagai sosok tokoh Indonesia yang layak memimpin negeri ini

Dukungan masyarakat Kediri terhadap Moeldoko agar maju sebagai Calon Presiden RI mendatang itu, sampai ke telinga Wakil Bendahara Umum (Wabendum) Himpunan Kelompok Tani Indonesia (HKTI), Camelia Pandu Winata Lubis., S.E di Jakarta.

Menurut politisi yang akrab disapa Mba Camel itu, apa yang dilakukan oleh warga tersebut merupakan bentuk luapan emosi yang menginginkan adanya calon presiden seperti sosok Moeldoko, “Kalau menurut saya, itu harus kira dukung bersama,” kata Camelia saat dihubungi terpisah via ponselnya, Senin, 15 Agustus 2022.

Camel sendiri mengaku kenal betul siapa Moeldoko, “Beliau ini adalah tokoh negeri yang cerdas, tegas namun bijaksana. Beliau orang terpandang namun suka merendah. Beliau selama ini senantiasa berpikir untuk kemajuan Indonesia,” kata Camelia.

Saat ini, Moeldoko menjadi salah satu bagian dari pemerintahan yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Jokowi mengamanahkan Moeldoko sebagai Kepala Staf Kepresiden.

Moeldoko terlhir dari sebuah rumah yang sangat sederhana di Desa Pesing pada 8 Juli 1957. Dia anak bungsu dari 12 orang bersaudara

Ayah Moeldono adalah Moestam dan sang ibu Masfuah. Kedua orang tuanya dari keluarga yang pas-pasan. Bisa dibayangkan, saat masih remaja Moeldoko pergi ke sekolah di SMP dengan berjalan kaki.

Dari tempat tinggalnya di Desa Pesing, dia harus menempuh jarak cukup jauh hingga 6 kilometer untuk sampai di SMP Negeri Papar. Suyono, kakak Moeldoko mengaku bahwa sang adik rela untuk tidak jajan, dia bisa naik kereta. Ongkosnya dari uang saku Rp5 ribu dari orang tuanya.

“Kadang-kadang bisa naik kereta, dikasih uang saku itu lima rupiah kalau tidak salah. Kalau kena Kondektur uangnya habis tidak bisa jajan,” kata Suyono, kakak Moeldoko.

Tidak hanya cerita tentang pergi sekolah jalan kaki, Moeldoko bahkan kerap mengais kopra. Di sekitar sekolahnya memang ada sebuah pabrik kopra atau daging kelapa yang dikeringkan. Demi mengganjal perutnya, Moeldoko tak jarang memunguti kopra yang jatuh saat bongkar muat.

Moeldoko juga bekerja setiap pulang sekolah untuk membantu ekonomi keluarga. Menurut sang kakak, kisah-kisah perjuangan itulah yang membuat tekad Moeldoko seolah memfosil. Tekad tersebut mengantarkannya menuju gerbang kesuksesan di institusi TNI.

Buah manis dari kerja kerasnya sejak masih kecil, kini ia petik. Bagi keluarga besar Moeldoko datangnya dukungan dari masyarakat di kampung halamannya membuat kaget.

Meskipun begitu, aku Suyono, keluarga bersyukur dengan dukungan untuk mantan Kepala Staf Angkatan Darat tersebut untuk menjadi Presiden. “Saya sangat terharu dan bangga dengan dukungan warga sini yang masih menginginkan pemimpin yang peduli dengan petani, memikirkan pedagang, memimikirkan semua elemen masyarakat di Indonesia,” terang Suyono.

Banyak alasan bagi masyarakat di kampung halaman Moeldoko untuk mendukungnya maju capres. Selain dikenal sederhana, lulusan terbaik AKABRI Magelang 1981 itu adalah sosok yang tegas. Beberapa alasan itulah yang melandasi dukungan tersebut.

Anam adalah salah satu inisiator dukungan itu. Dia mengaku sebagai mantan Panglima TNI Moeldoko memiliki jiwa kstaria dan tulus untuk membela bangsa dan negara ini. “Pak Moeldoko ini bisa dibilang penjaga NKRI, akan sangat bangga jika lahir pemimpin dari desa kami Desa Pesing,” kata Anam dengan penuh keyakinan. (*)

Dapatkan berita terbaru di Katasulsel.com