Example 200x200

Sidrap, katasulsel.com — Pencurian peralatan monitoring gempa dan tsunami kembali terjadi. Desa Buae, Sidrap, Sulawesi Selatan, menjadi lokasi terbaru aksi vandalisme ini.

Pada 12 Februari 2025, sekitar pukul 23.00 WITA, enam aki dan dua panel surya milik stasiun SPSI Sidrap, dicuri. Ini bukan kali pertama. Dalam catatan BMKG, ini adalah insiden keempat di lokasi yang sama.

Bangunan shelter dibongkar. Pencuri masuk, membawa kabur sumber daya utama stasiun monitoring.

banner 500x600 banner 400x500

BMKG tak punya pilihan lain selain mencabut peralatan yang tersisa. Sensor, digitizer, hingga perangkat komunikasi diamankan untuk mencegah kerugian lebih besar.

Dampaknya serius. Tanpa alat ini, akurasi dan kecepatan deteksi gempa menurun drastis. Padahal, Sulawesi Selatan adalah wilayah rawan gempa.

banner 400x500

Sesar Walanae yang melintasi kawasan ini mampu memicu gempa hingga magnitudo Mw7,1. Ancaman longsor, likuifaksi, bahkan tsunami mengintai.

Dr. Daryono, Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, menyebut pencurian ini sebagai ancaman langsung bagi keselamatan masyarakat.

“Peralatan ini dirancang untuk melindungi banyak nyawa. Kehilangannya berdampak besar pada mitigasi bencana,” ujarnya.

Wilayah ini punya sejarah kelam bencana. Gempa Mw6,0 pada 1997 menewaskan 16 orang dan merusak ratusan rumah.

Tsunami dari Teluk Mandar pada 1967 mengakibatkan 58 korban jiwa. Semua ini adalah pengingat betapa pentingnya sistem peringatan dini.

BMKG menyerukan masyarakat untuk berhenti merusak atau mencuri peralatan vital ini. Pemerintah daerah juga diminta ikut menjaga keamanan alat-alat tersebut.

“Jika tidak bisa membantu mitigasi, setidaknya jangan merusak upaya yang telah ada,” tegas Daryono.

Mengganti alat yang hilang tidak mudah. Teknologi canggih yang digunakan membutuhkan biaya besar dan waktu lama untuk pengadaan kembali.

Semua pihak diharapkan bersinergi menjaga keberlangsungan sistem peringatan dini demi keselamatan bersama.(*)