
Makassar, Katasulsel.com – Dunia penegakan hukum kembali tercoreng oleh ulah seorang oknum aparatur sipil negara (ASN) yang terlibat dalam peredaran narkoba.
Direktorat Reserse Narkoba Polda Sulawesi Selatan (Sulsel) berhasil menangkap SA (32), ASN yang bertugas di Rumah Penitipan Barang Hasil Sitaan Negara (Rupbasan) Makassar, saat tengah melakukan transaksi narkoba jenis sabu. Namun, dua rekannya berhasil melarikan diri dan kini menjadi buronan.
Penangkapan ini terjadi pada Senin, 17 Februari 2025, di Jalan Poros Baranti, Kecamatan Watang Pulu, Kabupaten Sidrap. Berdasarkan informasi dari masyarakat, polisi melakukan penyelidikan dengan menyamar sebagai pembeli.


Operasi ini membuahkan hasil ketika SA tertangkap basah menyerahkan tiga sachet sabu kepada petugas yang menyamar. Dua rekan SA, berinisial OB dan PT, melarikan diri saat penangkapan berlangsung.
Plt. Direktur Reserse Narkoba Polda Sulsel, AKBP Gany Alamsyah Hatta, mengungkapkan bahwa barang bukti berupa tiga sachet plastik klip berisi sabu ditemukan dalam kantong plastik hitam yang diserahkan PT kepada SA.

“Barang bukti tersebut telah kami amankan, sementara dua pelaku lainnya masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO),” ujar AKBP Gany.
Kasus ini menjadi tamparan keras bagi institusi negara, khususnya lembaga yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam menjaga integritas hukum. SA, yang seharusnya menjalankan tugas menjaga barang sitaan negara, justru terlibat dalam jaringan gelap peredaran narkoba.
Fakta ini memunculkan pertanyaan besar tentang pengawasan internal dan integritas para ASN di lembaga negara.
Dalam pemeriksaan awal, SA mengakui bahwa sabu tersebut dia dapatkan dari PT. Ia kini dijerat dengan Pasal 114 Subs Pasal 112 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, yang ancaman hukumannya bisa mencapai belasan tahun penjara.
Kasus ini juga membuka mata publik bahwa peredaran narkoba tidak hanya menyasar masyarakat umum, tetapi juga telah menyusup ke kalangan penegak hukum. Pemerintah dan aparat terkait harus mengambil langkah tegas untuk membersihkan institusi dari oknum-oknum tak bertanggung jawab seperti ini.
Masyarakat pun diimbau untuk terus berperan aktif melaporkan aktivitas mencurigakan di lingkungan sekitar. Sebab, kolaborasi antara masyarakat dan aparat adalah kunci dalam memutus mata rantai peredaran narkoba yang kian meresahkan.
Hingga kini, upaya pencarian terhadap OB dan PT terus dilakukan oleh Polda Sulsel. Harapannya, kasus ini dapat segera diusut tuntas dan menjadi pelajaran penting bagi semua pihak untuk menjaga integritas dan kepercayaan publik terhadap institusi negara. (*)
Tinggalkan Balasan