Dihadiri Syaharuddin Alrif, Prof. Fajar: Politek Indonesia “Welcome” Untuk Anak-anak Sidrap Tanpa Biaya

Sidrap, katasulsel.com — Atmosfer sekolah mendadak berubah. Bukan karena eksperimen kimia bocor atau siswa demo ujian, tapi karena ribuan alumni lintas angkatan dari tahun 1984 sampai 2021—dengan seragam batik dan penuh nostalgia—menyesaki halaman SMAN 3 Sidenreng Rappang, Rabu, 2 April 2025. 

Di tengah-tengah euforia ini, tak hanya memori yang diputar ulang, tapi juga solidaritas yang diperkuat, bahkan hingga taraf kolektifitas lintas generasi.

Fenomena ini disebut retrospektif sosial, di mana individu dan kelompok kembali menengok ke masa lalu bukan sekadar untuk mengenang, tapi merekatkan kembali ikatan yang sempat renggang oleh waktu dan jarak. 

Dan, begitulah suasana di SMAN 3 Sidrap hari itu—hidup, cair, dan penuh interaksi lintas usia yang spontan namun bermakna.

Semua hadir. Dari alumni yang kini jadi pengusaha, pejabat, hingga yang tetap membumi sebagai petani dan ibu rumah tangga. 

Bahkan dewan guru yang sudah purna tugas pun datang, seolah tak ingin melewatkan simfoni rasa yang meledak bak dopamin ketika memori masa muda diputar ulang. 

Bupati Sidenreng Rappang, H. Syaharuddin Alrif pun ikut nimbrung, disambut tarian padduppa dan selempang kehormatan yang disematkan langsung oleh ketua panitia, A. Sammang—Camat Dua Pitue sekaligus alumni penuh energi.

Tentu saja, acara tidak berlangsung asal-asalan. Dimulai dari Indonesia Raya yang dikomandoi Ardianto Kety, lalu lantunan ayat suci oleh Suamiati Sakke, dan doa dari Asaputra yang kini berkarier di Basarnas Sulbar. 

Semua berurutan secara ritualistik, membentuk semacam ‘upacara sakral’ yang menjadi ciri khas setiap momen penuh penghormatan.

Andi Sammang yang kini menjabat camat tapi tetap humble, membakar semangat lewat laporannya sebagai ketua panitia. Sementara di panggung kehormatan, Prof. Fajar—alumni yang kini menjabat Dirut Politeknik Indonesia—mencuri perhatian. 

Dalam pidatonya yang sempat bikin hadirin terdiam, ia mengajak semua alumni untuk membangun dana abadi sebagai bentuk partisipasi sosial berkelanjutan. 

Bahkan, ia menyampaikan komitmen siap menerima anak-anak Sidrap kuliah di Poltek Indonesia tanpa biaya, jika motivasi dan kemauan mereka sekuat mimpi yang tak mau mati.

Prof. Fajar tak sendiri. Kepala sekolah Najamuddin pun ikut haru melihat dua alumni sekolahnya menyandang gelar profesor—Prof. Fajar dan Prof. Abdul Rahim dari Universitas Tadulako. 

“Ini bukan sekadar prestasi, tapi indikator keberhasilan sistem pendidikan mikro yang berlangsung konsisten di institusi ini,” ujarnya lirih namun penuh bangga.

Bupati Syaharuddin, yang disambut antusias, ikut memaparkan roadmap pembangunan SDM di Sidrap, lengkap dengan rincian program prioritas yang menyasar sektor pendidikan. Mulai dari rehab bangunan, pengadaan mobiler, sampai beasiswa Program Indonesia Pintar (PIP) yang jumlahnya menyentuh miliaran. 

“Pendidikan bukan biaya, tapi investasi jangka panjang,” tegasnya, menutup sambutan dengan gaya oratoris.

Setelah semua pidato dan seremoni, agenda pun dilanjutkan dengan penyerahan cinderamata untuk guru purna tugas, peresmian gazebo dari dana temu kangen senilai Rp 12 juta, plus pengumuman donasi spontan sebesar Rp 32 juta lebih—semua terkumpul dari alumni dan perorangan yang ingin berkontribusi membangun fasilitas sekolah.

Dan akhirnya, A. Sammang—yang dari awal tampak sibuk ke sana kemari—menghela napas puas. 

“Ini ledakan sosial yang luar biasa. Jumlah pesertanya di luar ekspektasi. Ini akan tercatat dalam memori kolektif IKA sebagai salah satu titik balik eksistensinya,” katanya, sebelum kembali larut dalam pelukan nostalgia dan sapaan hangat dari kawan-kawan lama.(*)

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *