
Tak ada kursi, pun dengan meja panjang, semua duduk bersila. Nasi yang disantap pun semua sama, nasi dan minumnya seragam.
Laporan: Edy Basri
DI HADAPAN Kapolres Sidrap AKBP Dr. Fantry Taherong, hanya sebungkus nasi kotak berisi lauk ala kadarnya. Tapi siang itu, ada pemandangan yang tak biasa di Rumah Tahanan (Rutan) Polres Sidrap.


Wakapolres Sidrap Kompol Ahmad Rosma, dan Pejabat Utama (PJU) lainnya duduk bersisian dengan Kapolres dan para tahanan. Makan bersama, berbagi cerita, tanpa sekat.
Mereka yang selama ini dipandang dengan tatapan curiga, kini diajak bersantap makan bersama. Hukum tetap berlaku, namun kemanusiaan tak boleh hilang.

Semuanya seragam, nasinya semua putih pertanda kesucian, sebungkus rasa yang lebih dari sekadar makanan: penghormatan pada sesama manusia.
“Kami ingin menunjukkan bahwa mereka tetap bagian dari masyarakat. Mereka boleh salah, tapi bukan berarti harus diperlakukan seolah bukan manusia,” ujar AKBP Fantry dengan nada tenang.
Percakapan pun mengalir di antara suapan. Ada yang diam, hanya sesekali menatap piringnya, seakan mencerna lebih dari sekadar makanan.
Ada yang berbicara pelan, bercerita tentang keluarga yang lama tak ditemui. Ada juga yang tertawa kecil, mungkin untuk pertama kalinya setelah sekian lama.
Bagi sebagian orang, mereka mungkin hanya sekumpulan orang yang tersandung hukum. Tapi bagi Kapolres Sidrap dan jajarannya, mereka adalah individu yang masih punya kesempatan untuk berubah.
“Setiap orang berhak diperlakukan dengan baik. Kami ingin ini menjadi refleksi bagi mereka, bahwa masih ada jalan untuk memperbaiki diri,” tambah Kapolres.
Makan siang itu lebih dari sekadar rutinitas. Ini adalah bentuk kepedulian, isyarat bahwa keadilan tak melulu soal hukuman, tapi juga tentang memberi kesempatan.
Dan siang itu, dalam kebersahajaan, sekat antara petugas dan tahanan seakan menghilang. Yang tersisa hanyalah manusia dengan segala ceritanya.
Polres Sidrap terus berupaya membangun pendekatan humanis di lingkungan rutan.
Mereka yang kini disebut “warga binaan” diingatkan untuk tetap menjaga disiplin, kebersamaan, dan mengikuti proses hukum dengan baik. Sebab, di luar sana, masih ada dunia yang menunggu mereka untuk kembali dengan cara yang lebih baik.
Dan mungkin, setelah siang itu, mereka sadar: setiap suapan yang masuk ke dalam perut, bisa jadi awal dari sebuah perubahan. (*)
Tinggalkan Balasan