
Jakarta, katasulsel.com — Erick Thohir geram. Kekalahan dari China—negara yang entah mengapa selalu menjadi duri dalam daging sepak bola Indonesia—memaksanya untuk bergerak.
Qingdao, kota pelabuhan di tepi Laut Kuning, menjadi saksi bisu ketika Garuda terbang rendah. Skor 1-2 menghantam mental para pemain, dan sekaligus membuat para pendukung Garuda menunduk.
Dua gol bersarang cepat di babak pertama. Baihelamu Abuduwaili memecah kebuntuan pada menit ke-21. Seperti kilat yang datang tak terduga, Zhang Yuning menambah derita sebelum peluit babak pertama berbunyi.


Dua gol itu seperti palu godam menghantam tembok kepercayaan diri Indonesia.
Tim Merah Putih mencoba bangkit di babak kedua. Beberapa nama baru dimasukkan, mengubah formasi seperti kapal yang mencoba berlayar melawan badai.

Gol akhirnya lahir dari kaki Thom Haye, pemain pengganti, pada menit ke-86. Sebuah secercah harapan. Namun, itu saja tidak cukup. China sudah terlalu rapat, temboknya tak terbelah hingga sembilan menit tambahan waktu habis.
Di Qingdao, China tertawa. Poin pertama mereka setelah tiga kekalahan.
Tinggalkan Balasan