Example 200x200

Katasulsel.com — Bahasa Bugis merupakan salah satu bahasa daerah yang kaya akan nilai-nilai budaya dan tradisi, khususnya di wilayah Sulawesi Selatan.

Sebagai bahasa yang digunakan oleh suku Bugis, bahasa ini tidak hanya menjadi alat komunikasi, tetapi juga cerminan dari struktur sosial, adab, dan norma-norma yang dijunjung tinggi oleh masyarakatnya. S

alah satu aspek menarik dari bahasa Bugis adalah bagaimana tata bahasanya memperhatikan hierarki sosial dan kesopanan, yang salah satunya tercermin melalui penggunaan akhiran “-ki.”

banner 500x600 banner 400x500

Akhiran “-ki”: Simbol Kesopanan dalam Bahasa Bugis

Dalam bahasa Bugis, akhiran “-ki” memiliki fungsi penting sebagai bentuk penghormatan atau kesopanan. Penggunaan akhiran ini biasanya ditujukan kepada lawan bicara yang lebih tua, memiliki status sosial lebih tinggi, atau dalam situasi formal yang menuntut rasa hormat.

Akhiran “-ki” tidak hanya sekadar elemen gramatikal, tetapi juga mencerminkan etika berbicara masyarakat Bugis yang sangat memperhatikan adab dan tata krama.

banner 400x500

Sebagai contoh, kalimat “minta-ki” berarti “silakan meminta” atau “tolong minta.” Dalam konteks ini, akhiran “-ki” menambahkan nuansa penghormatan dan kelembutan pada kalimat tersebut.

Hal ini berbeda dengan penggunaan kata “minta” tanpa akhiran, yang terdengar lebih netral atau bahkan kurang sopan dalam situasi tertentu. Dengan demikian, penggunaan “-ki” mampu mengubah nada komunikasi menjadi lebih santun dan penuh penghargaan terhadap lawan bicara.

Perbedaan dengan Akhiran “-i”

Sebaliknya, jika akhiran yang digunakan adalah “-i,” maka makna dan nuansa yang disampaikan bisa berubah secara signifikan.

Misalnya, kata “minta-i” berarti “meminta,” tetapi dengan nada yang lebih langsung dan terkesan seperti perintah. Dalam budaya Bugis, penggunaan “-i” lebih cocok untuk situasi informal atau ketika berbicara dengan orang yang setara atau lebih muda.

Perbedaan ini mencerminkan pentingnya hierarki sosial dalam budaya Bugis. Penggunaan akhiran “-ki” menunjukkan penghormatan kepada orang lain, sementara akhiran “-i” lebih netral atau bahkan bisa dianggap kurang sopan jika digunakan dalam konteks formal atau kepada orang yang lebih tua.

Dengan demikian, tata bahasa Bugis tidak hanya mengatur struktur kalimat, tetapi juga menjadi alat untuk mengekspresikan hubungan sosial dan rasa hormat.

Tata Bahasa Bugis: Cerminan Struktur Sosial

Bahasa Bugis adalah salah satu contoh bagaimana bahasa dapat mencerminkan struktur sosial masyarakatnya.

Bersambung..