Example 200x200

Teknologi melaju tanpa henti, membawa media massa ke dalam arus disrupsi berganda. Ini fakta. Sekarang ini.

Laporan: Edy Basri (Pemred Katasulsel.com)

SEMUA itu, bukan sekadar pergeseran cara mendapat iklan atau perubahan distribusi konten, tapi juga tantangan eksistensial: bagaimana tetap relevan di era kecerdasan buatan atau akal imitasi (AI)?

banner 500x600 banner 400x500

AI membuka peluang sekaligus ancaman. Di satu sisi, ia menawarkan efisiensi dan distribusi konten yang lebih luas. Di sisi lain, tanpa inovasi dan adaptasi, media bisa tergilas, kehilangan daya saing, bahkan mati suri.

Konvensi Nasional Media Massa 2025 digelar di Hall Dewan Pers, Jakarta, kemarin, Kamis (20/2).

banner 400x500

Ajang ini bukan sekadar diskusi, melainkan alarm bagi ekosistem media.
“Konvensi ini diniatkan untuk membangun kesadaran bersama antara masyarakat pers, pemerintah, dan platform digital tentang tantangan serta peluang disrupsi berganda,” ujar Tri Agung Kristanto, Ketua Komisi Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Profesi Dewan Pers.

Media harus bertransformasi, bukan hanya bertahan. Menurut Tri Agung, konvensi ini bertujuan mencari solusi agar media bisa berkembang dan saling menguntungkan dalam satu ekosistem.

“Jika ekosistem ini terbangun, jurnalisme berkualitas bisa tetap hidup. Jurnalisme yang mencerahkan dan memberdayakan publik bisa terwujud,” tambahnya.

Ketua Dewan Pers, Ninik Rahayu, menyoroti kondisi media yang kian terdesak.
“Media bukan lagi sumber utama berita. Iklan perusahaan pers nasional 75 persen direbut platform digital global. Belum lagi kebijakan efisiensi anggaran di sejumlah kementerian yang ikut memukul industri pers,” katanya.

Bersambung…