
Serius. Saya tak pernah menyangka jika pria yang ada di dekat saya ternyata adalah Kepala Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas II B Sidrap. Namanya Bapak Muh Syahrir Ajis.
Laporan: Edy Basri
LANGIT Sidrap sore itu, seperti kanvas yang dilukis sembarang. Awan-awan tipis berarak, seolah enggan menetap.


Di sebuah sudut Warkop di Kota Pangkajene, saya bertemu sosok yang tampaknya biasa saja.
Tapi, seperti kata pepatah, “jangan pernah menilai buku dari sampulnya.”

Dialah Muh Syahrir Ajis, Kepala Rutan (Karutan) Sidrap Kelas II B. Gelar Sarjana Ekonomi (SE) disandangnya.
Namun, waktu itu, tidak ada kesan formalitas yang melekat pada dirinya. Ia hanya duduk santai, berbincang ringan dengan seorang staf yang menemani.
Jujur, jika bukan karena bisikan Wa Tipoe, rekan kerja saya, saya mungkin tak akan tahu bahwa pria berpenampilan sederhana ini adalah seorang petinggi di lembaga pemasyarakatan di Bumi Nene Mallomo ini.
Saya mendekat, memperkenalkan diri. Dia menyambut dengan senyum ramah, tanpa jarak.
Percakapan kami mengalir seperti kopi hitam yang menghangatkan sore itu.
Dari obrolan ringan, kami beralih ke topik yang lebih serius—rentetan perjalanan kariernya sebelum akhirnya bertugas di Sidrap.
Rupanya. Syahrir Ajis bukanlah nama baru di dunia pemasyarakatan. Sebelum menjabat sebagai Karutan Sidrap empat bulan lalu, ia pernah memimpin Balai Pemasyarakatan (Kabapas) di Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng).
Namun, jejak pengabdiannya di Sulawesi Selatan juga tak bisa diabaikan. Ia pernah bertugas di Lapas Makassar, tempat ia menempa banyak pengalaman dan wawasan.
“Setiap tempat punya tantangan masing-masing. Tugas kita adalah memastikan bahwa sistem berjalan baik dan manusia di dalamnya mendapatkan pembinaan yang layak,” ucapnya dengan nada tenang.
Sikap low profile-nya tak hanya terlihat dari cara ia berbicara, tetapi juga dari gestur tubuhnya.
Tidak ada kesan arogan atau berjarak. Syahrir Ajis seolah ingin menunjukkan bahwa jabatan hanyalah amanah yang harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab.
Di tengah hiruk-pikuk dunia pemasyarakatan yang sering kali dipandang sebelah mata, Syahrir Ajis membawa angin segar.
Ia percaya bahwa setiap individu, termasuk mereka yang berada di balik jeruji besi, memiliki hak untuk diperbaiki dan kembali ke masyarakat sebagai manusia yang lebih baik.
Pertemuan singkat itu meninggalkan kesan mendalam. Sosok Syahrir Ajis mengajarkan bahwa kerendahan hati adalah kekuatan yang sering kali terlupakan.
Di dunia yang penuh hiruk-pikuk pencitraan, ia memilih menjadi dirinya sendiri—sederhana, tapi penuh makna.
Di akhir sua. Pak Syahrir Ajis mengajak saya jalan-jalan ke tempatnya. Saya mengangguk, tapi tidak berjanji akan datang. (*)
- amanah jabatan
- angin segar
- awan tipis
- Balai Pemasyarakatan
- dunia pemasyarakatan
- hak manusia
- Kabapas Palu
- Karutan Sidrap
- kepala Rutan
- kerendahan hati
- kesederhanaan
- Kota Pangkajene
- Langit Sidrap
- Lapas Makassar
- manusia di balik jeruji
- Muh Syahrir Ajis
- pemasyarakatan
- pembinaan layak
- pembinaan narapidana
- Pengabdian
- pengalaman kerja
- Perjalanan Karier
- Rutan Kelas II B
- Sarjana Ekonomi
- sistem pemasyarakatan
- Sore Hari
- Sosok Inspiratif
- Sulawesi Selatan
- Sulawesi Tengah
- tantangan kerja
- Warung Kopi
Tinggalkan Balasan