banner 650x65

Katasulsel.com — Menanggapi postingan akun instagram resmi Kemdikbud RI (@kemendibud.ri) terkait bahasa bugis yang mempunyai 27 macam dialek salah satunya dialek Makassar, dianggap hal keliru oleh Ketua Umum Persatuan Mahasiswa Tau Sianakkang (PMTS) dalam hal ini Arief Ilham Saputra.

banner 400x600

Ketika dihubungi via telepon pada selasa malam 01/03/2022, Arief menjelaskan bahwa konten informasi yang disajikan oleh Kemdikbud RI di laman Instagramnya menimbulkan polemik bagi masyarakat dan penggiat budaya suku Makassar.

Hal ini dikarenakan narasi yang tertera di gambar postingan tersebut menjelaskan bahwa bahasa Bugis mempunyai dialek bahasa dengan sebutan dialek makassar.

Tentunya ini menjadi polemik karena bahasa Bugis dan bahasa Makassar mempunyai ragam dialeknya masing-masing.

“Kami adalah organisasi Mahasiswa yang bergerak terhadap pelestarian dan advokasi terkait kebudayaan Suku Makassar termasuk juga bahasa daerah Makassar.

Karena postingan instagram kemdikbud RI ini menimbulkan polemik bagi masyarakat dan kami sebagai penggiat pelestari budaya Suku Makassar.

“Tolonglah Kemdikbud RI menyajikan konten yang berimbang dan tidak menjadi ambigu di masyarakat,” ucapnya.

Ketika ditanya lebih jauh terkait narasi yang ambigu, Arief menjelaskan lagi bahwa bahasa Makassar juga punya dialek bahasanya masing-masing.

Tapi terkait bahasa Bugis dengan dialek Makassar itu yang menjadi polemik karena penggunaan kata Makassar sebagai dialek jangan sampai timbul asumsi bahwa bahasa Makassar itu adalah bagian dari bahasa Bugis.

“Kami hanya mempertanyakan acuan bahasa Bugis dialek Makassar itu sumber datanya dimana? Kami juga berbalas komentar kok dengan admin instagram Kemdikbud RI, namun hanya link infografik saja yang diberikan.

“Harusnya kami diberikan data penelitian atau sumber ilmiah dari infografik terkait penelitian dialek tersebut bukan infografiknya saja.”

Membahas tentang Makassar, Arif juga menambahkan bahwa Makassar dari dulu hingga kini adalah daerah yang banyak dihuni oleh masyarakat bersuku Makassar.

Arief sekadar khawatirkan jangan sampai timbul persepsi di masyarakat bahwa keberagaman budaya suku Makassar ada lagi yang klaim sepihak yang bisa saja menimbulkan kesalahpahaman. Jadi stop upaya-upaya Ethnic Cleansing dan hal-hal budaya serta warisan budaya bahasa yang diklaim sepihak.

“Organisasi kami itu banyak penelitiannya terkait kebudayaan Suku Makassar apalagi terkait pelestarian Bahasa Daerah Makassar. Kemdikbud harusnya paham persoalan ini dan baiknya sebelum memposting tanyakan dulu pada ahlinya.

Kami tegaskan bahwa Makassar dan Bugis itu adalah suku, dan kedua suku tersebut punya keragamannya masing-masing.

Seringkali Kemdikbud RI postingan informasinya terkait kedua suku tersebut selalu menjadi polemik yang bisa menimbulkan kesalahpahaman dan keresahan bagi kami masyarakat suku Makassar dan rekan-rekan penggiat budaya Suku Makassar.

Kami butuh klarifikasi berbasis data penelitiannya, bukan info grafiknya. Bahasa Bugis dengan dialek Makassar itu modelnya bagaimana? Sementara bahasa Makassar dan Bahasa Bugis itu jelas-jelas berbeda”, lanjutnya.

Arief menambahkan bahwa Kemdikbud RI harus bekerja maksimal dan optimal terkait masalah ini.

Arief berharap Kemdikbud RI data-data penelitiannya terkait budaya dan bahasa daerah itu harus dipetakan sebaik-baiknya agar tidak terjadi lagi hal-hal yang menimbulkan polemik.

Penuhnya kritikan dari netizen hingga saat ini postingan tersebut sudah tidak ada di beranda instagram Kemdikbud RI.