Makassar – Pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) di Indonesia masih dihadapkan pada tantangan dalam mencari pendanaan usaha. Menanggapi hal tersebut, Lewis Chong, CEO ACMF Group, jaringan konsultan internasional berbasis di Singapura, menegaskan perlunya menggalakkan pendanaan usaha melalui skema Private Equity (PE). Pernyataan ini disampaikannya dalam webinar seri ACMF berjudul “Tren Terkini Startup Pariwisata Indonesia dan Pengumpulan Modal Swasta Internasional” yang diselenggarakan melalui Zoom Meeting, Rabu, 12 Juli 2023. Webinar tersebut merupakan kolaborasi antara FoodStartup Indonesia dan Starfindo (Asosiasi Startup for Industri Indonesia).
Webinar ini dihadiri oleh pembicara-pembicara terkemuka, antara lain Fadjar Hutomo, Dewan Pengawas Food Startup Indonesia dan mantan Deputi Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Indonesia, serta Dedy Setiawan, Ketua Asosiasi Startup for Industry Indonesia (Starfindo) di bawah Kementerian Perindustrian RI. Diskusi dalam webinar ini dipandu oleh moderator Dr. Andi Nur Bau Massepe, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin.
Lewis Chong menyampaikan bahwa lembaga Private Equity (PE), seperti di negara China, masih optimis meskipun menghadapi tantangan ekonomi global. Untuk itu, Indonesia perlu memperkuat ekosistem PE dengan dukungan dari penyedia layanan, lembaga hukum, akuntan, serta keterlibatan inkubator dan akselerator dalam membangun industri ini.
Berdasarkan data dari Bain & Company pada tahun 2022, nilai kesepakatan pembelian atau buyout global mencapai USD 512 miliar pada awal semester tersebut. Sementara itu, McKinsey Global Private Market melaporkan adanya penurunan sekitar 15% dari tahun 2021 akibat pandemi dan Perang Ukraina, dengan total AUM (Asset Under Management) global private market mencapai USD 11,7 triliun per Juni 2022.
Fadjar Hutomo, yang pernah menjabat sebagai Deputi Bidang Industri dan Investasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, menyatakan bahwa pelaku industri pariwisata harus bertransformasi ke dalam bisnis digital dengan memanfaatkan teknologi AI (Artificial Intelligence), VR (Virtual Reality), dan Big Data. Hal ini akan menarik minat investor atau venture capital untuk bekerjasama.
Dedy Setiawan, Ketua Starfindo, sebuah asosiasi startup untuk industri yang digagas oleh Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, mengungkapkan bahwa program Startup4industri adalah inisiatif pemerintah untuk mendorong pertumbuhan startup nasional dan mendukung Indonesia4.0. Tujuan dari program ini adalah menciptakan startup yang kompetitif dan memperkuat industri di Indonesia.
Dr. Andi Nur Bau Massepe, Dosen FEB Universitas Hasanuddin dan Senior Managing Partner ACMF Indonesia, berpendapat bahwa skema Private Equity (PE) dan Venture Capital (VC) memberikan akses keuntungan yang dapat diakses oleh startup atau perusahaan. Apabila perusahaan menjadi incaran lembaga PE atau VC, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tersebut dinilai kompetitif dan memiliki keunggulan dibandingkan dengan perusahaan sejenis.
“Anda Nur Bau Massepe menjelaskan, ‘Private equity tidak hanya memberikan modal, tetapi juga dukungan manajemen dan jaringan pasar yang lebih luas. Inilah kelebihan PE dibandingkan dengan bank’,” ujarnya. “Investor PE memiliki harapan bahwa perusahaan kita akan tumbuh, dan tentu saja hal ini akan menguntungkan mereka yang telah menginvestasikan modalnya dalam perusahaan tersebut,” tambahnya.
ACMF merupakan lembaga konsultan yang fokus pada pengembangan ekosistem Private Equity (PE) secara global. Melalui International Private Fundraising, ACMF membantu startup yang berada dalam fase pertumbuhan dan perusahaan menengah. Peluang akses ke investor individu, Venture Capital, dan bisnis keluarga yang menggunakan skema pendanaan ekuitas semakin berkembang sebagai alternatif selain pasar modal dan perbankan.
ACMF membantu perusahaan dalam memperbaiki model bisnis dan mengevaluasi kesiapan mereka dalam mengakses pendanaan ekuitas. Kehadiran ACMF juga memudahkan investor dalam memvalidasi prospek perusahaan dalam pengambilan keputusan. Fokus ACMF pada kegiatan berbasis Sustainable Development Goals (SDGs) ke-8, yaitu mendukung pembangunan ekonomi, dan SDGs ke-13, yaitu mendorong kesadaran pelaku bisnis terhadap perubahan iklim.(*)
Tinggalkan Balasan