Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan, AM Yusuf Ruby., SE, baru-baru ini melakukan kunjungan bisnis dan wisata ke beberapa negara, seperti Singapura, Thailand dan Hongkong.
SIDRAP – Meski kunjungannya terbilang singkat, yakni hanya 10 hari, namun Puang Ucu, begitu ia akrab disapa, sangat menikmati perjalanannya bersama dengan keluarga tercinta.
Salah satu yang menjadi sorotan kunjungan Yusuf Ruby selama berada di Singapura, Thailand, dan Hongkong, yakni gestur pengusaha luar negeri yang dianggapnya jauh lebih tangguh dari pengusaha dalam negeri. Ia pun memberikan perbandingan antara situasi dunia usaha antara Indonesia dengan negara-negara yang dikunjunginya.
Salah satu perbandingan yang mencolok, kata pria yang hobi menunggangi motor gede (moge) itu, adalah suku bunga pinjaman perbankan.
Di Indonesia, sebutnya, loan interest rate atau suku bunga pinjaman, berkisar antara 8 hingga 15 persen, sementara di Singapura, Thailand, dan Hongkong, suku bunga tersebut jauh lebih rendah, hanya berkisar antara 2 hingga 5 persen.
Dia pun mengungkapkan kekhawatirannya tentang tingginya suku bunga pinjaman modal di Indonesia, yang membuat para pengusaha lokal kesulitan bersaing dengan pengusaha dari luar negeri, khususnya dari negara-negara seperti Malaysia dan Hongkong, yang memiliki suku bunga pinjaman yang sangat rendah, antara 2 hingga 5 persen.
Menurutnya, perbedaan yang sangat mencolok tersebut, jelas memberikan kehidupan besar bagi pengusaha di luar negeri. Hal itu, tentu berbeda bagi pengusaha tanah air. Gesturnya, antara langit dan bumi.
Selain suku bunga yang jauh panggang dari api, Yusuf Ruby juga mengamati perkembangan infrastruktur transportasi yang sangat maju di Thailand, Hongkong, dan Singapura. Hal itu, sebutnya, layak menjadi bahan diskusi bagaimana Indonesia bisa meningkatkan infrastruktur transportasinya untuk mendukung pertumbuhan bisnis.
Tidak hanya itu, suami dari mantan Ketua Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Sidrap, Heriyani Yuky Ruby itu juga membandingkan jam kerja di negara-negara yang dikunjunginya dengan Indonesia. Perbedaan dalam budaya kerja ini dapat memberikan wawasan tentang produktivitas dan efisiensi dalam berbisnis.
Hal lain yang menjadi pengamatan Yusuf Ruby di luar negeri, yakni sektor pariwisata Hongkong yang sangat maju. Ia menyebut sektor pariwisata di negara itu memberikan inspirasi untuk lebih mengembangkan sektor pariwisata di Indonesia dan memanfaatkan potensi wisata yang belum sepenuhnya dimanfaatkan.
Sebagai pengusaha, Yusuf Ruby berpendapat, pengusaha lokal mungkin perlu mendapatkan lebih banyak dukungan dari pemerintah untuk bersaing di pasar global, seperti yang dilakukan oleh negara-negara yang telah dikunjungi olehnya itu. Dengan demikian, dapat diharapkan bahwa peluang bisnis dan sektor pariwisata di Indonesia akan semakin berkembang, khususnya di Sulawesi Selatan (edy)
Tinggalkan Balasan