banner 650x65

Gemuruh banjir yang melanda Sidrap pada Jumat pagi, membuat langit menyelimuti kabut kelabu dan hati-hati penuh duka. Seperti ‘kiamat’ yang turun di hari suci itu, takdir kejam memisahkan keluarga, merenggut harta, dan memakan korban.

Penulis: Edy Basri., S.H.
Pemred Katasulsel.com

banner 400x600

DI DESA Bola Bulu, 260 keluarga terdampak, tak berdaya di hadapan gelombang air yang mengamuk. Mereka meratap di reruntuhan rumah yang hanyut tak bersisa, berharap ada keajaiban yang bisa mengembalikan kehangatan tempat tinggal yang mereka bangun bersama.

Namun, hanya ada kesedihan yang menguasai, terutama bagi H.P. Ali, yang telah pergi untuk selamanya. Dia tak lagi bisa merasakan sentuhan hangat keluarganya, terpisah oleh aliran air yang kejam.

Di Desa Belawae, 220 keluarga terhempas dari kehidupan normal. Dalam kekacauan tanah longsor, 763 jiwa berusaha bertahan hidup.

Namun, nasib telah menentukan jalan mereka. Hanya satu jiwa yang tak lagi menyaksikan kehancuran; H.P. Ali, yang kini beristirahat di antara reruntuhan, meninggalkan luka yang takkan pernah sembuh di hati keluarganya.

Di Desa Tana Toro, jembatan-jembatan yang menghubungkan harapan terputus oleh derasnya air banjir. Sungai-sungai yang dulu menjadi sumber kehidupan, kini berubah menjadi monster lapar yang melumat segala yang berada di dekatnya.

Tiang listrik tumbang, mengikuti nasib jembatan-jembatan yang rusak berat. Alam telah memutuskan permainannya, meninggalkan manusia dengan puing-puing kehidupan mereka.

Di Desa Leppangeng, keluarga-keluarga berjuang dalam kegelapan dan kehampaan. Akses jalan yang terputus memisahkan mereka dari dunia luar.

Tidak ada lagi yang bisa mereka lakukan selain menatap langit yang penuh dengan pertanyaan tanpa jawaban. Mereka hanya bisa meratap di antara reruntuhan, merindukan kehidupan yang telah mereka tinggalkan di balik kehancuran.

Dan begitu pula di desa-desa dan kelurahan lainnya, derita merajalela, menyisakan luka yang sulit diobati dan kenangan yang takkan pernah pudar. Di setiap sudut, di setiap jalan yang terputus, di setiap rumah yang hanyut, ada cerita kesedihan yang tak terucapkan.