banner 600x50

Sidrap, Katasulsel.com — Kepedulian Satuan Reserse Kriminal (Reskrim) Polres Sidrap, diwarnai dengan kesedihan mendalam saat pelaksanaan program “Jum’at Berkah”, Jumat, 14 Juni 2024.

Meski paket sembako disalurkan kepada kaum Duafa di Sidrap, namun bayang-bayang kegelapan masih menyelimuti hati para penerima.

Kasat Reskrim Polres Sidrap, AKP Agung Rama Setiawan, seperti biasa, memimpin langsung kegiatan tersebut.

Namun, wajahnya yang tegar tak mampu menyembunyikan luka dalam ketika memberikan bantuan kepada 15 keluarga prasejahtera.

Sorot matanya, meski tertutupi seragam cokelatnya sekalipun, yakin juga tak mampu merangkum derita hati kaum dhuafa itu. Mereka sangat rapuh.

“Dengan penuh rasa haru dan kepedulian, kami memberikan bantuan sembako ini dengan harapan dapat meringankan beban kalian dalam menjalani kehidupan yang penuh liku ini,” ungkapnya, sambil menahan rasa sedih yang menyelinap di sudut hatinya.

banner 200x200

Namun, di balik gestur kebaikan yang terpancar dari kegiatan ini, ada suatu khilaf yang tersemat dalam diam. Seolah ingin berkata, aku ingin selalu membantunya.

Seperti pepohonan yang menggigil di malam dingin, para penerima bantuan juga menggigil dalam ketakutan akan masa depan yang suram.

Meskipun Jumat Berkah ini menjadi cahaya kecil di tengah kegelapan, namun tetap saja, kecemasan merajalela di antara mereka.

Tak hanya itu, kegiatan ini juga menjadi momen ‘Kring Serse’ yang dimaknai sebagai upaya pencegahan kejahatan jalanan.

Namun, di balik himbauan keamanan yang dilontarkan, ada ironi yang menyakitkan.

Ironi ketidakadilan sosial yang terus menyengsarakan mereka, sehingga rasa aman dan nyaman hanyalah khayalan yang tak kunjung terwujud bagi sebagian masyarakat.

Kasat Reskrim Polres Sidrap tidak hanya menjadi lambang kebaikan, tetapi juga menjadi saksi bisu akan kepedihan yang menyelimuti kota kecil ini.

Dalam diam, ia mengucapkan doa-doa terdalam agar kehidupan yang terasa berat ini dapat diwarnai dengan sedikit kehangatan dari bantuan yang ia berikan.

Namun, pada akhirnya, harapannya hanyalah sebuah khayalan yang pupus ditelan waktu.(*)