banner 600x50

Di sebuah kota kecil yang dikelilingi perbukitan hijau, hiduplah pasangan suami istri yang telah bersama selama lebih dari dua dekade. Mereka, sebut saja namanya Bambang dan Ratna, dikenal sebagai pasangan yang harmonis di lingkungan mereka. Namun, suatu pagi, kehidupan mereka berubah drastis.

Laporan: Edy Basri

BAMBANG, seorang insinyur yang sibuk dengan proyek besar, mulai merasa jauh dari keluarganya.

Stres dan tekanan pekerjaan membuatnya semakin terisolasi dalam ruang kerja dan pikirannya sendiri.
Ia mulai merasa bahwa Ratna, sang istri, tidak lagi memahami dirinya.

Perselisihan kecil mulai timbul di antara mereka, tidak seperti sebelumnya ketika cinta dan pengertian selalu menjadi pegangan mereka.

Tanpa memikirkan secara mendalam, dalam satu momen kesalahpahaman dan emosi yang terlalu terpancing, Bambang memutuskan untuk menceraikan Ratna.

Keputusan itu diambil dengan cepat, tanpa memberi kesempatan pada dirinya untuk merenung lebih dalam.

Namun, hari-hari yang mengikuti perceraian itu membawa penderitaan yang tak terduga bagi Bambang.
Setiap malam sebelum tidur, ketika rumahnya sunyi dan tanpa senyum hangat Ratna, ia mulai merenung.
Kenangan indah masa lalu mereka memenuhi pikirannya, setiap momen kebersamaan yang telah mereka lewati.

Bambang merasa kehilangan yang begitu mendalam, seperti kehilangan separuh dari dirinya sendiri.

Saat itu juga ia menyadari betapa besar kesalahannya. Ia tidak pernah benar-benar memberi kesempatan untuk berbicara panjang lebar dengan Ratna, untuk menjelaskan perasaannya yang sebenarnya. Rasa menyesal mulai menggerogoti hatinya setiap hari.

Berbulan-bulan berlalu sejak keputusan tragis itu diambil. Bambang memutuskan untuk mengunjungi Ratna, mencoba memulai percakapan yang seharusnya dilakukan dari awal.

Ia ingin memperbaiki kesalahannya, meskipun ia tidak tahu apakah Ratna masih mau mendengarkan dan memberinya kesempatan kedua.

Di malam yang hening, di teras rumah yang pernah dipenuhi tawa dan cerita mereka, Bambang menatap kejauhan.

Ia melihat siluet Ratna, yang duduk dengan penuh ketenangan.

Detik-detik itu terasa seperti abadi bagi Bambang. Dengan langkah ragu, ia mendekati Ratna dan akhirnya, dengan suara serak yang penuh penyesalan, Bambang meminta maaf.
Meminta maaf atas keputusannya yang gegabah, atas semua yang telah terjadi.

Ratna, dengan pandangan yang penuh perasaan campur aduk, akhirnya menatap Bambang.

Tidak ada kata-kata yang diucapkan, hanya pelukan hangat yang menguatkan kehadiran mereka di satu sama lain.

Malam itu, di bawah gemerlap bintang, mereka duduk bersama untuk pertama kalinya setelah sekian lama.
Bambang belajar bahwa rasa bersalah dan penyesalan yang ia rasakan, tidak sebanding dengan kebahagiaan yang dirasakan ketika akhirnya ia bisa memulihkan hubungan dengan Ratna.

Keduanya memulai kisah baru mereka, dengan lebih menghargai setiap momen kebersamaan yang mereka miliki.

Kisah Bambang dan Ratna ini hanyalah fiksi semata. Namanya pun disamarkan.

Meski demikian, kisah di atas tetap saja mengajarkan kepada kita bahwa cinta sejati kadang-kadang memerlukan keberanian untuk mengakui kesalahan, dan ketabahan untuk memperbaikinya.(*)