banner 650x65

Makassar, Katasulsel.com – Ketegangan politik yang memuncak siap menyambut Pilkada Serentak 2024 di Sulawesi Selatan (Sulsel).

Delapan kabupaten akan menjadi arena pertarungan sengit di mana hanya dua pasangan calon akan saling berhadap-hadapan.

Sementara itu, Pemilihan Gubernur Sulsel juga akan menyajikan duel head-to-head yang berpotensi menimbulkan ketegangan luar biasa.

Di panggung Pilkada 2024, ketegangan tak tertahan!

Dari total 70 pasangan calon kepala daerah, termasuk di dalamnya dua pasangan calon Gubernur dan wakil gubernur, delapan kabupaten di Sulsel akan menyaksikan pertarungan head-to-head yang membuat pertempuran politik semakin intens.

Di 24 daerah dan Pilgub Sulsel, beberapa daerah akan menjadi ajang pertempuran bebas dengan tiga hingga empat pasangan calon, termasuk Kota Makassar yang menjadi medan perang dengan empat kandidat!

Direktur Politik Profetik Institute, Muh Asratillah, menyatakan, Pilkada 2024 di Sulsel bukan sekadar kontestasi, tetapi arena gladiator politik!

Dengan skema head-to-head, ancaman bagi petahana akan meningkat, apalagi jika mereka memiliki elektabilitas di bawah 40 persen,

“Ini akan jadi perang total, bukan hanya di lapangan tetapi juga di dunia maya!,” ujarnya, Senin, (2/9).

Masyarakat harus waspada! Menurut Asratillah, pertarungan head-to-head akan memperburuk potensi konflik horizontal antarpendukung.

“Kompetisi yang semakin ketat ini bukan hanya akan menyulut ketegangan di lapangan tetapi juga di media sosial,” tambahnya.

Di Pilgub Sulsel, skema head-to-head mempertemukan dua kekuatan besar: Andi Sudirman-Fatmawati vs Danny Pomanto-Azhar Arsyad.

Andi Sudirman yang didukung oleh partai-partai besar seperti NasDem dan didampingi oleh Menteri Pertanian Amran Sulaiman, memiliki kekuatan finansial dan struktural.

Sementara itu, Danny Pomanto bersama Azhar Arsyad menawarkan kekuatan akar rumput dan jejaring ormas yang kuat.

“Pertarungan ini tak bisa dipandang sebelah mata,” ungkap pengamat politik dari Universitas Hasanuddin, Andi Ali Armunanto.

Menurutnya, Danny dan Azhar, meski didukung oleh jaringan akar rumput yang militan, harus menghadapi kekuatan koalisi gemuk dari Sudirman-Fatma.

“Kekuatan Danny terletak pada komunitas dan kekuatan rakyat, meskipun partai pengusungnya kalah jumlah dibandingkan koalisi besar Sudirman.”

Tetapi, pertarungan di Kabupaten Maros menunjukkan fenomena yang berbeda! Hanya ada satu pasangan calon, Chaidir Syam-Suhartina Bohari, yang akan melawan kolom kosong.

Menurut Profesor Sukri Tamma dari Universitas Hasanuddin, kolom kosong di Maros bisa jadi tanda dari kesepakatan politik atau strategi untuk menghindari pesaing berat.

“Kolom kosong mungkin terlihat aneh, tapi ini sah secara hukum dan merupakan strategi untuk meminimalkan pesaing,” jelasnya.

Sementara itu, para calon bupati di daerah seperti Gowa dan Soppeng mengungkapkan harapan mereka untuk Pilkada yang damai dan penuh partisipasi.

Amir Uskara di Gowa berharap agar pemilihan berlangsung sesuai aturan tanpa tekanan, sementara Suwardi Haseng di Soppeng mengusung visi ‘Soppeng Setara’ untuk mendorong pembangunan dan kesejahteraan sosial.

Inilah saat yang ditunggu-tunggu! Masyarakat Sulsel dihadapkan pada pilihan yang penuh dengan dinamika politik.

Apakah para calon akan mampu meyakinkan pemilih mereka? Ataukah konflik horizontal dan ketegangan politik akan mencoreng wajah demokrasi?

Pantau terus berita terbaru dan ikuti perkembangan Pilkada Serentak 2024 di Sulsel, hanya di katasulsel.com, mengulas lebih dalam bermakna (*)

banner 650x650