Jakarta, katasulsel.com – Menjelang pelantikan Prabowo Subianto sebagai Presiden RI pada 20 Oktober mendatang, publik terkejut dengan keputusan beberapa nama besar yang memilih mundur dari tawaran kursi menteri di kabinet Prabowo-Gibran.
Di tengah euforia politik dan perebutan posisi strategis, tiga tokoh ini justru menarik perhatian dengan sikap yang tidak biasa.
Siapa sangka, meski memiliki hubungan darah dengan Prabowo, Hashim Djojohadikusumo, adik kandung sekaligus Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, menjadi salah satu yang menolak tawaran dari kakaknya sendiri.
Dengan tegas, Hashim menyatakan bahwa dirinya lebih memilih “berjuang dari luar” ketimbang masuk dalam lingkar kekuasaan sebagai menteri. “Saya kira lebih baik saya di luar,” katanya dalam pernyataan yang mengejutkan banyak pihak.
Luhut Binsar Pandjaitan, sosok yang sudah lama berperan penting dalam pemerintahan Jokowi sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, juga ikut menolak tawaran Prabowo.
Luhut, yang dikenal sebagai “tangan kanan” Jokowi, tampaknya lebih memilih pensiun daripada kembali memegang jabatan menteri. Namun, ia tetap siap memberi masukan sebagai penasihat jika dibutuhkan.
Apakah ini sinyal akhir dari karier politik Luhut, atau justru strategi lain?
Tak kalah mengejutkan, Khofifah Indar Parawansa, yang saat ini bersiap menghadapi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Timur 2024, juga menolak tawaran masuk kabinet.
Khofifah, yang dipasangkan dengan Emil Dardak, lebih memilih fokus pada kontestasi politik di Jawa Timur, bersaing ketat dengan nama-nama besar seperti Tri Rismaharini.
Mungkinkah ini langkah strategis Khofifah untuk mengokohkan karier politiknya di tingkat daerah sebelum menuju panggung nasional yang lebih besar?
Keputusan ketiga tokoh ini jelas memicu spekulasi publik. Apakah mereka melihat tanda-tanda bahwa kabinet Prabowo-Gibran akan menghadapi tantangan yang berat? Ataukah ini bagian dari taktik politik yang lebih dalam?
Yang pasti, pilihan mereka untuk menolak kursi menteri bukanlah langkah biasa—dan publik akan terus bertanya, ada apa di balik layar politik Indonesia kali ini?
Dengan berbagai kemungkinan yang terbuka, pengamat politik pun terus memperhatikan langkah-langkah Prabowo dalam meracik kabinetnya. Bisakah presiden terpilih ini tetap menarik tokoh-tokoh kuat lainnya, atau justru akan mengalami kesulitan? Mari kita nantikan jawabannya di 20 Oktober mendatang. (*)
Tinggalkan Balasan