banner 650x65

Sidrap, katasulsel.com – Kehidupan para nelayan di Danau Sidenreng, tepatnya di Desa Teteaji, Kecamatan Tellu Limpoe, Kabupaten Sidrap, seperti di ujung tanduk.

Usman, salah satu nelayan berpengalaman yang setiap harinya bergantung pada hasil tangkapan ikan di danau ini, tak kuasa menahan rasa frustrasinya.
Penyebabnya? Ikan sapu-sapu, atau yang akrab disebut ‘ikan tokek’, kian merajalela di perairan danau.

banner 400x600

“Saya pasrah. Dulu tangkapan ikan bisa untuk makan dan dijual. Sekarang? Jaring penuh ikan sapu-sapu, ikan lainnya makin sedikit,” keluh Usman dengan raut wajah putus asa.

Jumlah ikan sapu-sapu terus bertambah, seperti ‘mati satu tumbuh jutaan’.
Setiap kali Usman memasang jaringnya, hasilnya bukan ikan konsumsi yang didapat, melainkan jaring penuh dengan ikan sapu-sapu yang justru merusak alat tangkapnya.

Fenomena ini tak hanya berdampak pada minimnya hasil tangkapan ikan konsumsi seperti nila, mujair, dan ikan air tawar lainnya, tetapi juga menghancurkan alat tangkap para nelayan.

“Sudah jaring bolong-bolong, ikan sapu-sapu juga susah diapa-apain, nggak laku dijual, cuma makan tempat di jaring!” keluh Usman lagi.

Perangkap ikan yang rusak memaksa mereka merogoh kocek lebih dalam untuk menggantinya, sementara penghasilan terus merosot.

Ledakan populasi ikan sapu-sapu ini membuat danau seolah menjadi ladang kematian bagi harapan para nelayan.
“Kami takut, kalau begini terus, bisa-bisa kami nggak bisa cari makan lagi. Ikan sapu-sapu ini seperti monster yang menghabisi ikan lainnya,” tambahnya.

Krisis ini tak hanya mengancam ekonomi para nelayan, tapi juga ekosistem danau yang semakin tidak seimbang.

Sementara para nelayan seperti Usman hanya bisa berharap, pertolongan dari pihak terkait masih terasa jauh di ujung angan. Apakah solusi akan datang sebelum semua terlambat? (*)