banner 600x50

Makassar, katasulsel.comBintang Puspayoga. Namanya bersinar. Di antara kelamnya kabar dari Sulawesi Selatan.

Ada derita. Ada luka. Ada cerita yang tidak ingin didengar siapa pun. Tapi harus.

Ia, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, tahu betul.

Ini bukan soal jabatan. Ini soal hati. Ketika santri di Pesantren Tahfidzul Quran Al-Imam Ashim di Makassar dianiaya.

Ketika anak berusia 11 tahun di Gowa direnggut haknya, oleh tangan-tangan kotor.

Dunia seolah runtuh bagi mereka. Tapi, Bintang tak datang untuk bersedih. Ia datang membawa harapan.

banner 250x250

Hari Rabu itu, 9 Oktober 2024, ia tiba di UPT Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Sulsel.

Dengan langkah pasti. Ditemani Andi Mirna, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana Provinsi Sulsel.

Mereka tidak sekadar datang. Mereka datang untuk memastikan.

Bahwa korban tidak hanya dibiarkan tenggelam dalam derita. Mereka akan dibantu. Didampingi.

Bintang bicara langsung dengan para korban.

Tangan kecil mereka digenggam. Mata yang basah ia tatap. Ia tak perlu berkata banyak.

Tatapannya cukup untuk memberi kekuatan. Bahwa mereka tidak sendirian. Bahwa ada orang yang peduli. Bahwa negara hadir.

“Kita butuh lebih dari sekadar kata-kata,” ujarnya. “Trauma tidak sembuh hanya dengan waktu. Kita butuh ahli. Butuh psikolog untuk menyentuh hati yang hancur.”

Ia paham benar. Luka di jiwa lebih dalam dari yang terlihat. Pendampingan, bukan hanya soal formalitas.

Ini soal hidup-mati jiwa. Dan, pendampingan itu harus menyeluruh. Tidak ada yang bisa ditinggalkan.

Bukan hanya korban, tapi juga keluarganya. Mereka semua harus kuat. Semua harus didukung.

Di akhir kunjungan, Bintang tidak hanya membawa janji.

Ia membawa bantuan. Spesifik untuk para korban. Uang tabungan diserahkan. Seperti menyiram tanaman yang layu. Memberi napas baru.

“Bantuan ini untuk meringankan beban. Ini tanda bahwa kita ada di sini, bersama mereka,” ujarnya.

Bintang kembali melangkah pergi. Tapi langkahnya menyisakan harapan.

Di balik awan kelam itu, ada bintang yang bersinar. Menjadi cahaya. Membawa janji bahwa masa depan masih mungkin terbit kembali.(edybasri)