banner 600x50

Jika seorang calon punya gagasan hebat, tulislah. Jika ada calon yang punya program luar biasa, angkatlah. Tapi jangan lupa, lawannya juga punya cerita. Mereka juga berhak mendapat tempat.

Pilkada bukan hanya tentang siapa yang menang. Ini tentang proses, tentang bagaimana suara rakyat didengar.

Dan jurnalis adalah telinga dan mulut bagi rakyat. Mereka menyampaikan apa yang terjadi, tanpa memihak, tanpa memalsukan.

Jurnalis, Bukan Alat Politik

Seringkali, godaan datang. Ada calon yang datang membawa amplop tebal. Ada pula yang datang dengan janji manis, “Bantu saya, nanti kamu ikut sukses.”

Di sinilah letak ujian sebenarnya. Seorang jurnalis harus kuat menolak. Ia bukan alat politik. Bukan pelayan calon tertentu. Ia adalah pemandu kebenaran.

Netral. Itulah kata kunci. Seperti jarum kompas yang selalu menunjuk utara, jurnalis harus selalu menunjuk pada kebenaran. Tanpa dipengaruhi oleh uang, oleh kekuasaan, atau oleh tekanan.

Memang, tak mudah. Di tengah pusaran Pilkada, banyak arus yang bisa menyeret. Tapi seorang jurnalis yang baik tahu, tugasnya bukan berenang mengikuti arus, melainkan berdiri tegak di atas prinsip.

Pilkada akan berakhir. Akan ada yang menang dan kalah. Tapi jurnalis yang bekerja dengan jujur, yang menulis dengan adil, akan selalu menang. Sebab keadilan tak pernah mengenal kekalahan. (*)