banner 600x50

Sidrap, katasulsel.com — Pagi tadi, Jumat, 11 Oktober 2024, langit mendung di Pekuburan Abadi Lingkungan 1, Kelurahan Rijang Pittu, Kecamatan Maritengngae, Kabupaten Sidrap.

Suasana haru mencengkeram hati. Seorang bayi, bintang kecil yang baru lahir, kini terpaksa menutup matanya selamanya.

Tragedi memilukan ini menyapa Nurhayati (40), seorang ibu asal Makassar, yang terjebak dalam kesedihan tanpa sanak saudara di tanah perantauan.

Di antara derai air mata, Nurhayati berdiri tegar, meski jiwanya bergetar.

Ia tak hanya kehilangan buah hatinya, tetapi juga bertanya-tanya tentang arti sebuah keluarga di tengah kepingan hidup yang terpisah.

Di saat-saat sulit ini, tangan-tangan penuh empati mulai bergerak.

AIPTU Budi Santoso, Bhabinkamtibmas Kelurahan Rijang Pittu dan Desa Tanetei, muncul bagai pelangi di tengah hujan.

Mereka bersama Lurah Rijang Pittu dan tokoh masyarakat lokal, menggali liang lahat dengan penuh kehormatan.

Setiap sendok tanah yang diambil adalah pengingat bahwa meski sang bayi pergi, cinta dan kasih sayang takkan pernah sirna.

Pukul 08.30 WITA, tubuh kecil itu akhirnya beristirahat dalam damai di Pekuburan Abadi Rijang Pittu.

Kehadiran pihak kepolisian dan warga sekitar tidak hanya sekadar formalitas.
Ini adalah manifestasi rasa kepedulian yang mendalam, seperti akar yang mengikat pohon-pohon di tengah badai.
Mereka bersatu, merangkul Nurhayati dalam pelukan hangat solidaritas. Di tengah kesedihan, ada harapan yang tumbuh.

Kapolres Sidrap, Dr AKBP Fantri Taherong, melalui Kapolsek Maritengngae, IPTU Antonius Pasakke, mengungkapkan kekaguman terhadap kolaborasi ini.

“Ini adalah contoh nyata dari solidaritas dan kemanusiaan. Masyarakat Sidrap selalu siap membantu siapa saja yang membutuhkan, tanpa memandang asal-usul mereka,” tegasnya. Suara itu menggema, menembus kesunyian yang pekat.

Proses pemakaman berlangsung dengan khidmat.

Rasa hormat terpancar di wajah setiap warga yang hadir, seolah mengucapkan selamat jalan kepada jiwa yang belum sempat merasakan hangatnya pelukan dunia.

Kesedihan ini, walau mendalam, menjadi pengingat akan pentingnya sikap saling peduli dan tolong-menolong.

Kisah Nurhayati dan bayi yang tak berdosa ini menggugah hati. Ia mengajarkan kita bahwa di tengah badai kehidupan, selalu ada harapan yang bersinar, meski redup.

Dalam duka, kita temukan kekuatan untuk bersatu, membangun jembatan kasih, dan menebarkan benih kebaikan bagi mereka yang terpuruk.

Tragedi ini, dalam kesedihan yang mendalam, membawa cahaya untuk kebangkitan solidaritas.(*)