Di tengah tragedi ini, semua berusaha menampilkan sikap kooperatif, seolah berusaha meraih secercah harapan dalam situasi kelam.
Di lokasi kejadian, hasil olah TKP menggunakan traffic accident analysis (TAA) mengungkap fakta mencengangkan. Mobil AQ melaju dengan kecepatan 127,3 kilometer per jam, sementara truk kontainer hanya 40,1 kilometer per jam.
Dua kendaraan itu, ibarat dua pesawat terbang yang meluncur di langit tak terlihat, bertabrakan di jalur yang sama, tanpa kesadaran akan nasib yang menanti.
“Dia buru-buru mengantar saudaranya ke bandara, mengambil lajur kanan. Namun, di depannya ada kendaraan lain, dan dia berusaha mengambil lajur kiri.
Tabrakan pun tak terhindarkan,” paparnya. Kisah yang diwarnai oleh kecepatan dan keputusan yang terburu-buru ini mengingatkan kita bahwa setiap detik dalam berkendara adalah pertaruhan.
Tragedi ini menggugah kesadaran kita akan pentingnya kehati-hatian di jalan raya. Dua nyawa yang pergi begitu saja meninggalkan jejak di hati banyak orang.
Hajjah Nurjannah dan anaknya Muhammad Fadlan, nama-nama yang akan selalu dikenang. Jalan tol, yang seharusnya menjadi sarana penghubung, kini menjadi saksi bisu dari sebuah kehilangan.
Seperti kata pepatah, di mana ada bahaya, di situ ada pelajaran. Semoga peristiwa ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk lebih berhati-hati dan menghargai setiap momen bersama orang-orang tercinta.
Tinggalkan Balasan