banner 600x50

Sidrap, katasulsel.com — Aula Kampus UNISAN Pangkajene, Sidrap, berdenyut lebih dari biasanya, Sabtu, 12 Oktober 2024.

Di lantai 2, bangunan eks Kantor Bupati itu, para pemuda hebat berkumpul.

Kepengurusan baru DPD KNPI Sidrap 2024-2027 dilantik. Satu per satu tokoh berdatangan. Acara sudah berlangsung.

Tak lama, masuklah Syaharuddin Alrif (SAR). Sedikit terlambat. Tapi seperti biasa, tetap saja memesona.

SAR datang tanpa rencana lebih. Hanya ingin hadir. Duduk. Menyimak.

Tapi, permintaan dari Ketua KNPI Sidrap terpilih, Aswagino, mengubah segalanya.

SAR diundang naik ke podium. Diminta memberi testimoni soal kepemudaan. Maklum, SAR tidaklah asing untuk KNPI

Dulu, di eranya, SAR adalah Sekretaris KNPI Sidrap yang cukup sukses. Sejarah tak melupakan itu.

Langkahnya ringan, tapi pembawaannya tenang.

SAR membuka dengan terima kasih. Tak lama kemudian, ia mulai bercerita. Seolah menggiring semua yang hadir kembali ke masa 15 tahun silam.

“Di gedung ini, saya ingat betul, kami pernah bawa proposal. Saya waktu itu ketua panitia. Nama bendahara Pemda dulu itu Pak Bachtiar, kalau tidak salah ya.

Tapi itu KNPI dulu. Sekarang? Tidak lagi bawa proposal. Pemerintah daerah yang harus langsung anggarkan KNPI,” ujarnya disambut gemuruh aplaus.

Tiga hal SAR sampaikan. Tiga pesan untuk pemuda Sidrap.

Pertama, pemuda harus mencatat sejarahnya sendiri.

“Jangan cuma jadi bayang-bayang senior kalian,” katanya.

“Kalian harus lebih baik. Mulai sekarang. Buat sejarah yang tak bisa dilupakan,” ulangnya.

Kedua, pemuda dan pemerintah mesti bahu-membahu menghapus penyakit masyarakat.

SAR menyoroti soal 4S: sabu, sabung, sobis, dan seks bebas.

Kata SAR, Sidrap sedang berjuang melawan 4S itu. SAR juga mengaku tahu caranya, dan momentum untuk menghilangkannya sudah di depan mata.

“Itu bisa kita atasi bersama, tidak sulit kok,” tegasnya.

Ketiga, KNPI Sidrap tak boleh terpecah. Sinergi, katanya, adalah kunci.

“Jangan ada yang saling mencela atau menjatuhkan. Pemuda Sidrap harus maju. Harus lebih terpandang,” akunya.

SAR menutup testimoninya dengan sederhana, tapi sarat makna.

Dari seseorang yang dulu berada di tempat yang sama, kini berdiri lagi, bukan sebagai penonton, tapi inspirasi.

Pagi itu, SAR tak hanya menjadi saksi dilantiknya Aswagino dan kabinet-kabinetnya, tapi juga kisah kepemimpinan yang terus berlanjut.(*)