banner 600x50

Rasanya baru kemarin. Tak terasa 16 Oktober esok, AKBP Dr. Fantry Taherong, S.H., S.I.K., M.H. sudah 100 hari menjabat sebagai Kapolres Sidrap.

Oleh: Edy Basri

PAGI itu, di sudut-sudut Sidrap yang tenang, terdengar langkah-langkah tegas dari sosok yang mulai dikenal dan dihormati. Namanya AKBP Dr. Fantry Taherong, S.H., S.I.K., M.H.

Tepat 16 Oktober 2024, genap seratus hari ia memimpin Polres Sidrap. Seratus hari bukan waktu yang panjang. Tapi cukup untuk menjadi bukti.

Fantry, begitu ia akrab dipanggil, datang tanpa banyak gembar-gembor. Tapi sejak awal, ia membawa enam janji. Enam program prioritas yang dibentangkan sebagai peta jalan. Bukan janji politik, tapi janji pelayanan. Ia berbicara dengan tindakan, lebih dari sekadar kata.

Pertama, ia ingin Sidrap damai. Damai di hati, damai di jalan. Maka ia memulai dengan memakmurkan tempat ibadah. Masjid-masjid, gereja-gereja, bahkan vihara-vihara pun andai ada. Semua tempat di mana manusia berjumpa dengan Tuhan.

“Kalau tempat ibadah makmur, hati kita tenang,” katanya dengan senyum sederhana, tapi penuh makna. Ia sadar, kedamaian batin adalah fondasi bagi ketertiban luar.

Lalu yang kedua, Fantry paham bahwa sebuah kota bukan hanya berdiri di atas gedung-gedung dan jalanan, tapi di atas rasa aman warganya.

Maka ia menanamkan peningkatan keamanan dan ketertiban masyarakat sebagai prioritas berikutnya. Ronda malam dihidupkan lagi, patroli lebih sering dilakukan. “Tak boleh ada ruang bagi kejahatan di sini,” tegasnya.

Di jalan-jalan sempit, di gang-gang kecil, Fantry bergerak senyap. Pemberantasan kriminal dan narkotika adalah misi ketiganya.

Ia tahu, racun narkotika telah menyusup jauh ke desa-desa. Tapi dengan gigih, ia dan timnya mulai menarik benang-benang kusut itu, satu persatu. Penangkapan demi penangkapan. Tak kenal waktu, tak kenal ampun.

Namun, ia juga paham, tak hanya soal kejahatan yang perlu dihadapi. Birokrasi yang lambat juga musuh masyarakat.

Maka, program keempat lahir: peningkatan kualitas pelayanan publik. Polres Sidrap mulai berbenah. Layanan SIM, SKCK, hingga pengaduan masyarakat diperbaiki.

“Melayani adalah hakikat kita,” ujarnya. Dan benar saja, antrean kini lebih singkat, proses lebih mudah.

Tak bekerja sendiri, Fantry juga tahu bahwa kekuatan datang dari kebersamaan. Maka ia memperkuat sinergi dan kolaborasi antara instansi. Kepolisian, TNI, pemerintah daerah, hingga tokoh masyarakat. Semua dirangkulnya.

“Ini bukan kerja satu pihak. Ini kerja bersama,” katanya dengan bijak. Dan hasilnya terlihat. Koordinasi semakin lancar, tanggap bencana semakin cepat.

Program keenam, yang tak kalah penting, adalah peningkatan kapasitas dan kesejahteraan personel. Sebagai pemimpin, Fantry tahu bahwa prajurit yang sejahtera akan berjuang lebih gigih.

Ia tak hanya bicara soal gaji, tapi juga pelatihan dan dukungan moral. “Mereka, yang di lapangan, adalah pahlawan tak terlihat,” ucapnya bangga.

Seratus hari berlalu. Tapi Sidrap kini terasa berbeda. Lebih aman, lebih tertib.

Di bawah kendali Fantry Taherong, Polres Sidrap bukan hanya penegak hukum, tapi juga pelindung sejati.

Dan sekarang, tantangan besar di depan mata: Pilkada Sidrap 2024. Fantry telah bersiap. Ia tahu, pesta demokrasi bukan sekadar perhelatan politik. Ada potensi konflik di sana. Tapi ia percaya, dengan tim yang kuat dan program yang kokoh, Pilkada akan berjalan damai.

Langit Sidrap pagi itu masih biru. Angin bertiup pelan. Seratus hari telah menjadi catatan.

Tapi Fantry tahu, ini baru awal. Masih banyak yang harus diperjuangkan, masih banyak yang harus dijaga. Tapi satu hal pasti, Fantry Taherong telah menjadi teladan. Seorang pemimpin yang berbicara dengan tindakan, bukan sekadar kata.(*)