Jakarta, katasulsel.com — Angin Qingdao mulai menusuk. Dingin. Pertanda pertempuran segera dimulai. Timnas Indonesia datang, membawa beban sejarah. Di balik warna merah-putih, ada rasa takut, juga harapan.
Selasa (15/10/2024), malam WIB, di stadion yang lahir dari mimpi pemuda-pemuda Tiongkok: Qingdao Youth Football Stadium, Skuad Garuda akan bertemu naga. Tim lawan itu punya nama: Tiongkok.
Negeri Tirai Bambu yang sudah 17 kali berdansa dengan Indonesia di lapangan hijau sejak 1957. Rekor? Bicara angka, Indonesia masih tertunduk. 11 kali Tiongkok menang. Garuda hanya mencuri tiga kemenangan. Sisanya? Imbang. Tak ada pemenang.
Tapi ada luka. Di sembilan pertemuan terakhir, sayap Garuda patah. Tujuh kali tersungkur, dua kali hanya bisa menahan napas dengan hasil imbang. Terakhir kali, tahun 2013, Timnas pulang membawa duka. Satu gol menusuk, tanpa balas. Kualifikasi Piala Asia. Itu cerita lama. Kini, lembar baru menanti.
Shin Tae-yong, sang jenderal dari Korea, punya misi besar. Menghapus ingatan pahit. Di pundak Jay Idzes dan kawan-kawan, harapan bangsa terletak. Mereka tahu, kali ini berbeda. Skuad Garuda datang bukan dengan tangan kosong. Ada tekad, ada harapan, dan ada kekuatan baru.
Tiongkok memang unggul dalam sejarah, tapi mereka kini terluka. Di Kualifikasi Piala Dunia 2026, nasib mereka jatuh. Tiga kali turun ke medan laga, tiga kali roboh. Jepang menggulung 7-0, Arab Saudi menampar 2-1, dan Australia menenggelamkan dengan 3-1.
Naga itu kehabisan napas. Sementara Indonesia, meski belum menang, masih berdiri tegak. Arab Saudi? 1-1. Australia? 0-0. Bahrain? 2-2. Garuda tak terbang tinggi, tapi juga tak jatuh.
Qingdao, Selasa malam nanti, akan jadi panggung pertarungan jiwa. Satu tim berusaha bangkit, yang lain berusaha bertahan. Indonesia, yang kini duduk di posisi kelima Grup C dengan tiga poin, masih punya mimpi. Tiongkok, di dasar klasemen tanpa poin, seperti naga tanpa api.
Mampukah sayap Garuda menembus langit Tiongkok? Atau akan kembali terhempas di negeri yang tak ramah bagi mereka?
Sepak bola, lebih dari sekadar angka. Ini soal rasa. Dan malam itu, di Qingdao, ada satu cerita yang siap ditulis. Garuda, sang burung dari selatan, bertarung di negeri naga.(*)
Tinggalkan Balasan