banner 600x50

Sidrap, katasulsel.com – Senja mulai meredup di langit Tellang-tellang, Kecamatan Kulo. Selasa, sore, 22 Oktober 2024.

Namun, antusiasme warga tak ikut meredup. Mereka sudah menanti sejak sore. Senyum dan harapan menghiasi wajah mereka. Hari ini berbeda.

Hari ini, sosok yang mereka rindukan pulang. H. Mashur, anak asli Kulo, yang kini maju bersama H. Nasiyanto sebagai calon Bupati dan Wakil Bupati Sidrap.

H. Mashur tak sekadar pulang, ia kembali dengan segudang harapan dan janji perubahan. Warga berkumpul, tatapan mereka tajam, seolah ingin menyelami masa depan yang dijanjikan.

Dalam suasana penuh keakraban, tatap muka dan silaturahmi digelar. “Pulang ke rumah,” itulah suasana yang terasa.

Seorang ibu, tua, dengan kerudung lusuh, matanya berkaca-kaca. “Dulu, dia bermain di sini. Kini, dia datang sebagai harapan kami,” katanya lirih. Rindu itu seperti embun yang tak kunjung hilang.

Rindu akan pemimpin yang bukan hanya janji, tapi langkah nyata. Rindu akan tangan yang pernah menggenggam harapan sederhana: kesejahteraan.

Di hadapan ratusan warga, H. Mashur tak berbicara panjang lebar. Ia tahu, janji manis tak lagi cukup. “Kami datang untuk mendengar. Dan kami berjanji untuk bekerja,” ucapnya tenang.

Kemudian, ia memaparkan program unggulannya bersama H. Nasiyanto dalam duet yang dikenal dengan singkatan “HAMAN NA”.

Program HAMAN NA: Harapan Baru

1. Macca (Pendidikan):
Sekolah rusak? Selesai. Mereka akan direnovasi. Anak-anak akan belajar dalam ruang yang layak. Tak hanya itu, teknologi modern akan hadir di sekolah-sekolah.

Dan bagi yang kurang mampu atau berprestasi, beasiswa akan mengantar mereka ke jenjang lebih tinggi. Guru? Mereka akan dilatih, disertifikasi, hingga mereka layak menjadi teladan.

2. Mario (Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan):
Harga gabah akan stabil. Petani tak lagi gamang. Pupuk, distribusi bantuan, irigasi, semua akan dikelola dengan baik. Dan Pitu Rawa, Pitu Riase?

Akan berubah wajah menjadi pusat industri berbasis buah-buahan. Tak hanya itu, akses pasar internasional akan dibuka lebar, membawa hasil bumi Sidrap terbang tinggi.

3. Madising (Kesehatan):
Warga tak perlu lagi khawatir soal kesehatan. Rumah sakit regional akan dibangun. Setiap desa akan memiliki tim monitoring kesehatan, sementara layanan BPJS gratis akan terus dilanjutkan.

Tak cukup hanya menunggu, pengobatan gratis akan rutin hadir di desa-desa.

4. Madeceng (Infrastruktur):
Sidrap harus menyala. Jalan-jalan desa, jembatan, hingga fasilitas olahraga akan diperbaiki. Danau Sidenreng? Akan jadi kawasan wisata terbaik.

Pasar-pasar? Akan ditingkatkan untuk kenyamanan pedagang dan pembeli.

5. Mabbarakka (Keagamaan):
Para imam dan perangkat desa tak dilupakan. Umrah gratis dan insentif tambahan disiapkan. Bahkan, ambulance di setiap masjid.

Setiap rumah ibadah akan dibina dengan dai muda dan hafidz, menguatkan pondasi iman masyarakat.

Warga yang hadir mengangguk. “Inilah yang kami butuhkan,” bisik seorang petani di antara kerumunan.

H. Mashur tak perlu lagi meyakinkan dengan kata-kata besar. Sebab, di setiap wajah yang menatapnya sore itu, ada satu hal yang jelas: harapan.

Harapan bahwa Sidrap, Kulo, dan desa-desa lainnya tak hanya akan berubah. Tapi juga maju. Sidrap yang lebih baik bukanlah sekadar mimpi.

Bagi mereka, H. Mashur adalah anak Kulo yang tak lupa jalan pulang. Dan di tangannya, masa depan Sidrap digenggam erat. (*)